Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mantan Presiden Prancis dan Jerman Sudah Khianati Rusia, Begini Kata-katanya

Mantan Presiden Prancis dan Jerman Sudah Khianati Rusia, Begini Kata-katanya Kredit Foto: Instagram/Angela Merkel
Warta Ekonomi, Moskow -

Ribuan orang telah kehilangan nyawa mereka di Ukraina timur sejak 2014 karena Barat memperlakukan perjanjian Minsk sebagai kertas bekas, kata wakil ketua majelis tinggi parlemen Rusia pada Sabtu (30/12/2022).

Senator Konstantin Kosachev bereaksi terhadap pengakuan mantan presiden Prancis Francois Hollande bahwa perjanjian Minsk sebenarnya adalah taktik untuk mengulur waktu bagi pemerintah Kiev untuk memperkuat militernya.

Baca Juga: Inilah Anggota Termuda Uni Eropa, Ternyata Bukan Ukraina

Langkah ini harus dikreditkan atas "kesuksesan ketahanan" Ukraina terhadap Rusia dalam konflik yang sedang berlangsung dengan tetangganya, tambahnya.

Hollande menggemakan pernyataan mantan kanselir Jerman Angela Merkel, yang menggambarkan perjanjian Minsk pada bulan Desember sebagai "upaya untuk memberi Ukraina waktu" untuk membangun angkatan bersenjatanya.

Kesepakatan Minsk-1 dan Minsk-2 ditandatangani pada 2014 dan 2015 setelah mediasi oleh Jerman, Prancis, dan Rusia.

Mereka dirancang untuk mengakhiri pertempuran antara Kiev dan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk dengan memberi mereka status khusus di dalam negara Ukraina.

Kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian tersebut disebut-sebut sebagai salah satu alasan Moskow meluncurkan operasi militernya pada 24 Februari.

“Bagi Barat, integritas teritorial Ukraina adalah tentang kontrol atas tanah dan bukan tentang mencapai konsensus sosial. Ini tentang wilayah, bukan orang. Ini tentang kekerasan, bukan negosiasi,” tulis Kosachev di Telegram.

Pendekatan ini “secara langsung bertentangan dengan apa yang disebut nilai-nilai Eropa,” katanya. Senator mencatat bahwa sikap Barat terhadap integritas teritorial Inggris dan Spanyol sangat berbeda dalam menghadapi desakan Skotlandia dan Catalonia untuk kemerdekaan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: