Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wah! Hilirisasi Minyak Sawit Hasilkan Nilai Tambah 4 Kali Lipat

Wah! Hilirisasi Minyak Sawit Hasilkan Nilai Tambah 4 Kali Lipat Kredit Foto: Alfida Rizky Febrianna
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, berbasis bahan tambang dan mineral, serta berbasis migas dan batubara.

Untuk hilisasi industri berbasis agro, Kemenperin tengah melakukan peningkatan nilai tambah pada komoditas kelapa sawit menjadi oleo food complex (pangan dan nutrisi); oleochemical and biomaterial complex (bahan kimia dan pembersih); dan bahan bakar nabati berbasis sawit (seperti biodiesel, green diesel, greenfuel, dan biomass).

Baca Juga: Jadi Penopang PDB Nasional, Kemenperin Minta Anggaran Sektor Industri Ditambah

Data Kemenperin mencatat, hingga September 2022, ekspor produk industri berbasis kelapa sawit telah mencapai US$29 miliar.

"Hilirisasi minyak sawit yang diolah menjadi berbagai produk turunan dapat menghasilkan nilai tambah sampai dengan empat kali lipat," kata Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita, dilansir dari laman resmi Kementerian Perindustrian RI pada Senin (2/1/2023). 

Kemenperin juga mendorong hilirisasi di industri petrokimia. Upaya ini dinilai strategis karena dapat menghasilkan bahan baku primer untuk menopang banyak industri manufaktur hilir penting seperti tekstil, otomotif, mesin, elektronika, dan konstruksi.

Hingga Oktober 2022, kinerja ekspor dari industri kimia juga menunjukkan capaian yang gemilang, yakni sebesar US$18,5 miliar atau naik 20% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Menperin menambahkan, Presiden Jokowi menyatakan bahwa hilirilisasi energi hijau juga menjadi kunci untuk menopang perekonomian nasional ke depannya. Dalam hal ini, Kemenperin terus membangun ekosistem circular ekonomi melalui implementasi industri hijau.

"Industri hijau adalah upaya kita bersama dalam membangun industri nasional yang tangguh, tetapi selaras dan harmonis antara pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan serta kesehatan masyarakat," terangnya.

Agus menyampaikan, beberapa tantangan saat ini yang perlu mendapat perhatian agar kebijakan hilirisasi industri bisa berjalan baik, antara lain, adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten; perluasan kerja sama internasional untuk mengisi pasar ekspor baru seperti Eropa dan Afrika; pemberian fasilitas insentif; serta memperkuat kemampuan negosiasi dan posisi dalam upaya menghadapi tekanan dari perdagangan dan diplomasi internasional.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: