3 Alasan Mengapa Koalisi Perubahan Tak Kunjung Deklarasikan Dukungan Kepada Anies Baswedan
Ketiga, menurut dia, masing-masing partai koalisi ini tidak ingin publik ikut serta dalam penentuan capres dan cawapres. Parpol merasa pilpres ranahnya dan bagian masyarakat adalah memilih calon yang disediakan parpol.
"Tidak munculnya figur-figur alternatif dari empat poros koalisi yang sebenarnya mampu terbentuk, bukti bahwa masyarakat hanya boleh memilih calon yang sudah disediakan oleh parpol," tegasnya.
Arifki mengingatkan, koalisi parpol ini harus berani dan jangan terlalu lama menunggu. Sebab, publik bakal jenuh jika ada upaya mendorong Pilpres 2024 kembali dua poros.
"KIB tentu dianggap antiklimaks jika gagal mengusung salah satu kader dari anggota koalisi sebagai capres dan cawapres," imbuh dia.
Di balik wacana naturalisasi Ganjar oleh poros KIB, Arifki melihat skema ini justru berpotensi menggagalkan Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan, dan Mardiono sebagai kandidat capres dan cawapres.
Sebagai koalisi yang lebih awal terbentuk dari dua poros lainnya, hemat Arifki, seharusnya KIB sudah membuat langkah besar ketimbang menunggu partai lain berkoalisi lalu mendeklarasikan capres-cawapres.
"Wacana koalisi ini dimulai oleh KIB, tetapi dinginnya juga disebabkan oleh KIB," cetus dia.
Baca Juga: Respons Sentilan Jokowi, Faldo Maldini Ikutan Sindir 'Koalisi Anies' yang Masih Belum Jelas
"KIB jangan sampai dianggap sebagai biro jodoh capres dan cawapres Pilpres 2024, jika tidak ada kader dari ketiga anggota koalisi yang terpilih sebagai capres dan cawapres," tukas Arifki, menambahkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty
Tag Terkait:
Advertisement