Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Pertamax Turun, Pengamat Nilai sebagai Bentuk Sosialisasi dan Perlu Apresiasi

Harga Pertamax Turun, Pengamat Nilai sebagai Bentuk Sosialisasi dan Perlu Apresiasi Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peneliti Climate Policy Unit & Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Novia Xu menyebut bahwa penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan Research Octane Number (RON) di atas 92 oleh PT Pertamina merupakan hal yang wajar. 

Pasalnya, penyesuaian dilakukan karena harga minyak dunia sudah turun dari yang semula di atas US$100 per barel menjadi sekitar US$79 per barel. 

"Penurunan harga minyak ini didorong oleh prospek ekonomi global yang melemah. Memang BBM non-subsidi adalah haga yang mengikuti harga pasar, jadi wajar ketika harga pasar turun, harga BBM non-subsidi seperti Pertamax juga ada penyesuaian," ujar Novia saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Kamis (5/1/2023).

Baca Juga: Sepanjang 2022, BPH Migas Ungkap 786 Kasus Penyelewengan BBM Subsidi

Novia mengatakan, pemerintah mengambil langkah ini sebagai bentuk sosialisasi bahwa harga BBM memang seyogyanya fluktuatif, dan memberikan kesempatan untuk bisa beradaptasi jika ke depannya ada perubahan harga kembali.

"Dalam hal ini, kita patut apresiasi penjelasan pemerintah mengenai alasan penyesuaian harga ini," ujarnya.

Meski begitu ia khawatir jika masyarakat dan pemerintah tidak mengerti bahwa penyesuaian harga tersebut bersifat sementara. Pasalnya menurut prediksi para ekonom, perekonomian global akan berangsur membaik di kuartal ketiga atau awal tahun depan.

"Maka bisa dikatakan ada kemungkinan harga minyak akan kembali naik," ungkapnya. 

Maka dari itu ia mempertanyakan bagaimana yang akan dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah dalam menyikapi kenaikan harga di kemudian hari. Selain itu, kenaikan harga BBM juga cenderung mendorong inflasi di sektor ekonomi lainnya yang mungkin tidak sefleksibel BBM dalam menyesuaikan harga. 

"Dalam artian ketika BBM turun, harga produk di sektor lain tidak serta merta ikut turun (ada sticky price)," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: