Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fakta-fakta Covid-19 Varian XBB.1.5 yang Disepakati Ahli Virus, Indonesia Jangan Lengah!

Fakta-fakta Covid-19 Varian XBB.1.5 yang Disepakati Ahli Virus, Indonesia Jangan Lengah! Kredit Foto: Getty Images
Warta Ekonomi, Washington -

Para ilmuwan telah mengalihkan perhatiannya kepada subvarian Omicron XBB.1.5. setelah virus penyebab Covid-19 itu menyebar cepat di Amerika Serikat pada Desember.

XBB.1.5 memiliki sejumlah fakta yang telah dibuka para ilmuwan. Pada gilirannya, itu telah menjadi perhatian bersama masyarakat dunia.

Baca Juga: Ngeri Covid-19 Meledak Lagi, Pakar Ingatkan Pintu-pintu Masuk Negara untuk Mengawasi...

1. XBB.1.5 dan Perilakunya

Epidemiolog senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Van Kerkhove mengatakan XBB.1.5 adalah subvarian Omicron paling menular yang telah terdeteksi sejauh ini.

Subvarian itu menyebar cepat karena mutasi yang dikandungnya memungkinkan virus menempel pada sel dan memperbanyak diri dengan mudah.

"Kekhawatiran kami adalah cara virus itu menyebar," kata Van Kerkhove dalam jumpa pers, Rabu.

XBB dan XBB.1.5 diperkirakan menyumbang 44,1 persen kasus COVID-19 di AS pada pekan terakhir Desember, naik dari 25,9 persen dari pekan sebelumnya, menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Subvarian itu juga ditemukan di 28 negara lain, kata WHO. XBB.1.5 adalah subvarian Omicron, varian paling menular yang kini mendominasi kasus COVID-19 di dunia.

XBB.1.5 adalah turunan XBB yang pertama kali terdeteksi pada Oktober dan merupakan kombinasi dari dua subvarian Omicron lain.

2. Seberapa Bahaya XBB.1.5?

WHO mengatakan mereka belum memiliki data tentang tingkat keparahan yang disebabkan subvarian tersebut, atau gambaran klinis tentang dampak yang ditimbulkannya.

Badan PBB itu mengaku belum melihat indikasi bahwa tingkat keparahan subvarian itu telah berubah, tetapi tingkat penularannya yang meningkat menimbulkan kekhawatiran.

"Kami memperkirakan adanya gelombang infeksi baru di seluruh dunia, tetapi hal itu tidak harus diartikan jadi gelombang kematian karena upaya pencegahan terus kami lakukan," kata Van Kerkhove, merujuk pada vaksinasi dan perawatan medis.

Dia mengatakan WHO belum dapat mengaitkan kenaikan kasus rawat inap di wilayah timur laut AS dengan subvarian tersebut, mengingat banyaknya virus pernapasan lain yang juga beredar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: