Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bidik 30 Smelter Nikel, Indonesia Siap Topang Pengoperasian Kendaraan Listrik Dunia

Bidik 30 Smelter Nikel, Indonesia Siap Topang Pengoperasian Kendaraan Listrik Dunia Kredit Foto: Unsplash/Tommy Krombacher
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lebih dari 10 juta kendaraan listrik telah digunakan di seluruh dunia. Data dari the International Energy Agency menyebutkan bahwa angka ini akan terus meningkat. Produsen mobil juga terus berupaya menarik lebih banyak masyarakat untuk menggunakan kendaraan listrik, termasuk sepeda motor listrik dan kendaraan sport (SUV).

Dalam hal global kendaraan listrik itu sendiri, Indonesia memiliki rencana besar untuk menjadi pemain utama dan ingin terus memperkuat posisinya. Pemerintah Indonesia bahkan telah menetapkan target mengoperasikan 2,1 juta sepeda motor listrik dan 400.000 mobil listrik pada tahun 2025. Tujuan ini tercapai dengan diluncurkannya peta jalan senilai US$17 miliar. Baca Juga: Setelah Nikel dan Bauksit, Jokowi Siapkan Larangan Ekpor Tembaga

Selain itu hal penting yang juga perlu dicatat, Indonesia kaya akan sumber daya mineral yang dibutuhkan industri kendaraan listrik seperti alumina, kobalt, mangan, dan nikel. Nikel sendiri merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam produksi baterai lithium-ion.

"Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sebesar 21 juta ton atau 22,3 persen dari cadangan nikel dunia. Adapun 25 hingga 40 persen dari biaya pembuatan sebuah kendaraan listrik adalah untuk baterai," ujar Harapman Kasan, Wholesale Banking Director, UOB Indonesia di Jakarta, Rabu (11/1/2023).

Dia membeberkan, pada tahun 2013, ekspor bijih nikel Indonesia mencapai 64 juta ton, atau 35 persen dari ekspor global. Namun, pada tahun 2020, Indonesia mengumumkan larangan penuh ekspor biji nikel menyusul meningkatnya jumlah pabrik peleburan nikel dan berfokus pada pengembangan rantai pasokan kendaraan listrik yang terintegrasi yang terdiri dari penambangan, pemrosesan, dan produksi baterai.

"Menyusul pelarangan tersebut, Indonesia telah mencatatkan hasil positif berupa peningkatan investasi dalam pembangunan smelter serta kegiatan pengolahan hilir lainnya. Dalam pengolahan ini, nikel mentah diolah menjadi produk akhir yang lebih bernilai tinggi seperti baterai litium dan paket baterai yang dibutuhkan untuk mobil listrik," pungkasnya.

Hingga bulan Agustus 2021, ada 13 smelter nikel yang beroperasi. Pemerintah memproyeksikan total 30 smelter nikel yang beroperasi pada tahun 2024. Ini berarti Tanah Air siap menjadi pemain utama dan menopang pengoperasian kendaraan listrik di dunia. Baca Juga: Insentif Kendaraan Listrik Baiknya untuk Transportasi Umum

"Indonesia juga telah mengeluarkan Omnibus Law yang menyederhanakan peraturan dari 79 undang-undang menjadi satu undang-undang. Menurut Omnibus Law yang baru ini yang mulai berlaku pada bulan Februari 2021, pengolahan nikel kini menjadi bagian dari ‘sektor prioritas’ untuk investasi asing. Sinyalemen kuat pemerintah telah membantu menarik produsen baterai kendaraan listrik dari Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan untuk membandung basis produksi di Tanah Air," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: