Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wapres: PKB Itu Wadah Politik Kiai

Wapres: PKB Itu Wadah Politik Kiai Kredit Foto: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Presiden (Wapres) RI, Ma'ruf Amin, mengatakan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ialah partai yang didirikan sebagai wadah untuk politik kiai. Hal ini dikatakan Wapres dalam pidatonya menghadiri pembukaan Ijtima' Ulama Nusantara, di Hotel Milenium, Jakarta, Jumat (13/1/2023).

Wapres menjelaskan, saat itu dibutuhkan wadah untuk politik para kiai, di mana PKB hadir untuk menampung gerakan politik kiai.

Baca Juga: Koalisi Gerindra dan PKB Masih Belum Juga Deklarasikan Capres, Sufmi Dasco: Ini Bukan Deadlock!

"Kenapa ada gerakan politik kiai? Karena saat itu kiai tidak tertampung dalam semua partai. Belum ada partai yang membawa," ucap Wapres.

Menurutnya, aspirasi kiai harus diwadahi. Tentu berbeda antara kebutuhan politik kiai dengan kiai politik. "Kiai politik tidak perlu partai, ikut arus saja. Kalau politik kiai, politik yang harus mengikuti aspirasi kiai, aspirasi kiai itu harus diwadahi," kata Wapres.

Wapres Ma'ruf juga mengatakan saat PKB didirikan di tahun 1998, dirinya pun ikut bersama mendirikan. Maka dari itu, PKB lahir dari aspirasi para kiai. "Makanya, aspirasi-aspirasinya kiai. Terinspirasi dari ucapan hadratussyaikh hasyim asyari. Telah melemah jiwa keagamaan di dalam dunia perpolitikan Indonesia, bahkan akhir mati pada akhirnya," jelasnya.

Wapres pun berpesan agar muruah politik kiai di PKB tidak pernah boleh punah. Ke depan, PKB harus membuat gebrakan politik yang mampu membawa aspirasi para kiai.

"Jadi tidak boleh mati. Perlu ada gerakan politik lain yang mampu membawa aspirasi kiai. Itu juga tercermin dari kelembagaan. Beda di PKB, ada dewan syuro, dewan tanfiz, ada kiai-kiai yang mengarahkan. Ada tempat yang memberikan warna," tegas Wapres.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: