Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Merokok Bukan Berarti Bebas Kanker Paru-paru, ini Cara Deteksinya

Tak Merokok Bukan Berarti Bebas Kanker Paru-paru, ini Cara Deteksinya Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kanker paru-paru menjadi salah satu pembunuh nomor satu di dunia. Tak terkecuali di Indonesia, berdasarkan data The Global Cancer Observatory, Maret 2021, di Indonesia terdapat 396.914 kasus kanker baru, dengan kasus kematian mencapai 235.511. Dari angka tersebut, kanker paru-paru menduduki peringkat ketika, dengan 34.783 kasus baru dengan kematian mencapai 30.834. 

”Itu yang tercatat, dari laporan rumah sakit, tapi mungkin lebih banyak lagi, karena Indonesia sangat luas, tapi setidaknya data itu bisa menjadi gambaran,” ujar Dr Wong Siew Wei, Senior Consultant Medical Oncology, Parkway Cancer Center (PCC) kepada wartawan, Sabtu (14/1/2023). 

Wong juga mengungkap, kanker paru-paru tidak hanya diderita oleh perokok, karena kanker paru-paru juga dapat dipicu oleh faktor risiko lingkungan lain untuk kanker paru-paru meliputi: asbes, radon, polusi udara, asap diesel, dan asap batubara. Di negara-negara Asia, menurutnya 50% kasus kanker paru-paru bahkan ditemukan pada orang yang tidak merokok. Karena itu, menurutnya kanker paru-paru dapat menyerang siapapun.

Lebih lanjut Wong menjelaskan, kanker paru-paru mengacu pada pertumbuhan sel yang tidak terkendali yang melapisi saluran udara di paru-paru.

Di Singapura, kanker paru-paru adalah kanker paling umum ketiga pada pria dan wanita. Insiden keseluruhan kanker paru-paru cenderung lebih rendah sejak tahun 80-an, sebagian besar disebabkan oleh penurunan tingkat merokok. 

”Namun, kanker paru-paru tetap menjadi penyebab utama kematian terkait kanker, sebagian karena ditemukan pada stadium akhir pada dua pertiga kasus,” ungkap Wong. 

Menurutnya ada 2 jenis utama kanker paru-paru primer: kanker paru-paru non sel kecil (NSCLC) dan kanker paru-paru sel kecil (SCLC). Sekitar 80-85% kanker paru adalah NSCLC, yang dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu; Karsinoma sel non-skuamosa (Adenokarsinoma, Karsinoma sel besar, dan lainnya karsinoid, mirip limfoepitelioma, sarkoma).

Dan kedua karsinoma sel skuamosa, yaitu beberapa lesi kanker di paru-paru sebenarnya merupakan endapan kanker sekunder yang telah menyebar dari tempat asal yang lain misalnya: payudara atau usus besar.

Adapun gejala kanker paru-paru seperti; batuk terus-menerus, infeksi paru berulang, batuk darah, sakit dada, sesak napas, suara serak, penurunan berat badan yang tidak diinginkan, kehilangan selera makan, kelelahan, sakit tulang, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sakit kepala, kebingungan, kelemahan fokal, perubahan visual. 

“(Sayangnya) kanker paru-paru dini cenderung tidak menimbulkan gejala. Kadang-kadang, itu bisa diambil sebagai bayangan kecil di dada Xray karena alasan lain,” ungkap Wong. 

Karena itu, untuk mengetahuinya, perlu dilakukan skining dan uji klinis besar dari computed tomography (LDCT) dosis rendah pada perokok dan perokok baru dengan riwayat merokok setidaknya 30 bungkus per tahun menunjukkan penurunan 20-26% dalam mortalitas kanker paru. Berdasarkan uji coba ini, beberapa negara telah mengadopsi LDCT untuk skrining kanker paru pada kelompok berisiko. 

“Strategi skrining yang ideal pada non-perokok belum ditentukan. Penghentian merokok tetap menjadi strategi pencegahan yang paling penting.

Setelah dilakukan skrining, selanjutnya baru bisa melakukan diagnosa dan melihat kanken sudah stadium berapa. Karena kanker paru-paru dicurigai saat pencitraan dada mengungkapkan bayangan abnormal di paru-paru. Studi pencitraan lebih lanjut untuk menentukan stadium kanker secara akurat biasanya mencakup pemindaian PET/CT dan MRI otak. Konfirmasi diagnosis kanker biasanya dilakukan melalui biopsi jarum dari lesi yang paling mudah diakses. 

Pendekatan yang biasa digunakan antara lain: bronkoskopi untuk mengakses lesi yang berlokasi sentral, biopsi dengan panduan CT untuk mengakses lesi yang berlokasi di perifer, biopsi pembesaran kelenjar getah bening di leher, dan thoracentesis: pengeluaran cairan dari kumpulan di sekitar paru-paru (efusi pleura).

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: