Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Isi Pidato Megawati Dianggap ‘Mengkerdilkan’ Presiden Jokowi, Ini Tanggapan Para Relawan

Isi Pidato Megawati Dianggap ‘Mengkerdilkan’ Presiden Jokowi, Ini Tanggapan Para Relawan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pidato Megawati Soekarnoputri di HUT ke-50 PDIP pada Selasa (10/1/2023) terus menuai perdebatan karena dianggap telah mengerdilkan kedudukan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sebagai pengingat, ibu dari Puan Maharani itu sempat mengasihani Jokowi yang secara tersirat dianggap tidak akan menjadi siapa-siapa tanpa PDIP.

Pernyataan ini yang menimbulkan beragam respons, salah satunya dari Benny Rhamdani yang merupakan relawan Jokowi. 

Baca Juga: Menohok Banget! Sebut 'Jokowi Kasihan', Relawan Ingatkan Megawati Kalah Dua Kali di Pilpres

Lewat program Kabar Petang di kanal YouTube tvOneNews, Benny menilai pernyataan Megawati harus dipandang se-objektif mungkin.

"Saya ingin memposisikan diri secara fair," tegas Benny yang ternyata tidak menangkap kesan Jokowi dilecehkan lewat pidato tersebut, dikutip pada Sabtu (14/1/2023).

"Pertama itu acara internal dan tergantung orang menggunakan sudut pandang apa. Mungkin di satu sisi Ibu Mega menganggap guyonan, itu style Ibu Mega sebetulnya," terang Benny.

Wakil Ketua Umum Partai Hanura itu menilai tidak mungkin Megawati sengaja menyampaikan pidato yang bersifat merendahkan martabat seorang presiden, terkhusus Jokowi. 

Baca Juga: Kritik Cara Megawati Bergurau, Pengamat Lebih Heran dengan Respons Jokowi: Sebagai Kepala Negara Justru Tak Tersinggung

"Saya tidak melihat itu," lanjutnya.

Kendati demikian, Ketua BP2MI itu juga meminta supaya situasi disikapi secara adil. Benny mengingatkan sang Ketua Umum PDIP bahwa ada peran besar Jokowi dalam kemenangan partai banteng.

"PDI Perjuangan pernah mencalonkan Ibu Mega, di 2004 kita kenal dengan Mega-Hasyim, kemudian 2009 kita kenal dengan Mega-Prabowo, dan ternyata Ibu Mega tidak terpilih dalam kontestasi Pilpres 2004 dan 2009," tutur Benny.

Namun nasib ini berubah di tahun 2014, ketika PDIP mengusung Jokowi. "(Tokoh yang) di luar kader (elite) partai, dan bukan ketua umum, dan saat PDI Perjuangan saat mencalonkan Jokowi 2 periode, justru terpilih sebagai presiden," kata Benny.

"Artinya apa? Ini harus diletakkan secara fair. Ada faktor partai secara legal formal, berarti peran PDI Perjuangan sangat besar dalam pencalonan dan keterpilihan Pak Jokowi," jelasnya menambahkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Advertisement

Bagikan Artikel: