Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hilirisasi PT Freeport Indonesia Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik

Hilirisasi PT Freeport Indonesia Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik Kredit Foto: Freeport Indonesia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tren dunia untuk mewujudkan energi bersih mendorong berbagai pihak untuk mulai beralih ke moda transportasi tenaga listrik rendah emisi. Permintaan tembaga dunia pun akan makin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dan pengembangan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Terlebih, 65 persen kebutuhan tembaga dunia adalah untuk menghantarkan listrik.

Hal tersebut disampaikan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas, dalam kunjungan para pemimpin redaksi media ke lokasi Smelter Manyar yang tengah dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik (13/1).

Baca Juga: Manfaatkan SDA, Menteri ESDM Sebut Tengah Godok Pembahasan Ekosistem Kendaraan Listrik

"Ke depan konsumsi tembaga untuk kendaraan listrik dan energi terbarukan akan meningkat pesat. 65 persen tembaga di dunia digunakan pada aplikasi penghantar listrik. Kendaraan listrik menggunakan tembaga 4 kali lebih banyak dibandingkan kendaraan konvensional dan teknologi energi terbarukan menggunakan tembaga 4 sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil," ujar Tony, dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (16/1/2023).

Keberadaan smelter tembaga dengan design single line terbesar di dunia yang tengah dibangun PTFI ini akan menjadi salah satu bagian dari ekosistem kendaraan listrik. Selaras dengan komitmen perusahaan untuk mendukung agenda percepatan pengembangan industri hilir dan transformasi ekonomi nasional, PTFI akan terus memastikan kesinambungan pembangunan Smelter Manyar.

"Komitmen ini juga diperkuat dengan agenda pemerintah untuk menciptakan ekosistem electric vehicle (EV) yang terintegrasi dan membutuhkan lebih banyak tembaga dari dalam negeri," jelas Tony.

Smelter Manyar telah mencapai progres konstruksi 51,7 persen pada akhir Desember 2022 dengan biaya investasi yang telah dikeluarkan sebesar US$1,63 miliar atau setara Rp25 triliun dari nilai total investasi sebesar US$3 miliar atau sekitar Rp42 triliun. Capaian ini sesuai dengan kurva-S dari rencana kerja proyek yang telah disetujui Pemerintah.

"Walaupun aktivitas ini sempat terhalang oleh pandemi, saat ini kami telah mencapai kemajuan yang sangat signifikan. Konstruksi fisik akan seluruhnya selesai pada akhir 2023, yang dilanjutkan dengan Pre Commissioning dan Commissioning pada awal 2024, dan akan mulai produksi pada bulan Mei 2024," tutup Tony.

Smelter Manyar memiliki kapasitas produksi 1,7 juta dry metric ton (dmt) konsentrat tembaga per tahun, dan akan menghasilkan 600.000 ton katoda tembaga per tahun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: