Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

TKA China Bebas Keluar-Masuk, Disebut Pengamat Jadi Penyebab Bentrokan Berdarah Smelter di Morowali

TKA China Bebas Keluar-Masuk, Disebut Pengamat Jadi Penyebab Bentrokan Berdarah Smelter di Morowali Kredit Foto: Twitter
Warta Ekonomi, Jakarta -

Achmad Nur Hidayat selaku Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute mengatakan bentrokan antara Tenaga Kerja Indonesia dengan Tenaga Kerja Asing di PT. GNI Morowali akan mengukir kebencian di hati penduduk pribumi.

“Ini tentunya menjadi preseden buruk atas situasi di Morowali dan menjadi trigger persoalan yang lebih besar di kemudian hari,” kata Achmad melalui keterangan tertulisnya, Selasa (17/01/23).

Keberadaan TKA Cina yang terus berdatangan kata Achmad akan menggeser peranan tenaga kerja lokal dan ketimpangan perlakuan ekonomi antara TKA dengan TKI ini akan menjadi bom waktu. 

Baca Juga: Banyak Kabar yang Tak Jelas Soal Bentrokan Berdarah di Morowali, PT GNI Imbau Masyarakat Tidak Terprovokasi

“Pemerintah tidak boleh hanya menerangkan bahwa pelaku penyerangan adalah para tenaga kerja lokal tanpa ditelusuri secara komprehensif akar persoalannya. Karena jika ada justifikasi bahwa penyebabnya adalah TKI maka akan ada sikap solidaritas dari penduduk pribumi yang dapat memicu situasi yang lebih buruk,” jelas dia.

Ia menambahkan, inilah dampak jika investor asing menjadi dominan dalam mengambil keuntungan dari kekayaan alam dalam negeri. 

Baca Juga: Bentrok dengan Pekerja Lokal di PT GNI Morowali Utara, TKA China Selamatkan Diri Pakai Perahu: 'Tempat Kerjaku Tidak Baik-baik Saja'

“Pemerintah sudah sangat salah kaprah dalam memberikan karpet merah kepada investor asing secara berlebihan, merelakan SDA dinikmati sebesar-besarnya oleh asing daripada rakyat negeri sendiri,” katanya. 

“Faktanya TKA Cina terus berdatangan yang ternyata bukan hanya tenaga ahli melainkan level buruh kasar dengan tingkat penghasilan lebih tinggi daripada buruh-buruh lokal yang semestinya keberadaan perusahaan-perusahaan tambang ini menjadi panggung utama bagi masyarakat lokal untuk bisa mendapatkan kesejahteraan,” jelasnya.

Alasan bahwa keberadaan TKA ini untuk transfer knowledge dan teknologi menurut Achmad hanyalah sebuah kedustaan besar untuk melegalkan masuknya para pekerja asing tersebut.

“Karena pada kenyataannya tidak terlihat adanya pergantian pekerja dari asing kepada lokal sebagai wujud transfer knowledge tersebut,” tambahnya.

Ia mencontohkan misalnya pada proyek Kereta Api Cepat Jakarta Bandung yang sempat terjadi kecelakaan beberapa waktu yang lalu. 

Baca Juga: Tahun 2022, Peningkatan Minat dan Pejualan Apartemen Masih Signifikan

“Para pekerjanya semuanya asing padahal proyek ini sudah berlangsung dari tahun 2014. Artinya transfer knowledge ini tidak pernah terjadi,” kata dia.

“Jika ditanya peristiwa-peristiwa ini kesalahan siapa maka pemerintahlah yang semestinya disalahkan karena telah memberikan karpet merah kepada asing dengan kebijakan yang lebih memberikan keuntungan kepada asing daripada kepada negeri sendiri,” tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Advertisement

Bagikan Artikel: