Gas bumi dinilai dapat untuk mendorong industri petrokimia yang diyakini mampu menciptakan nilai tambah ekonomi yang signifikan.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan pemanfaatan gas bumi untuk mendorong pengembangan industri petrokimia dalam negeri berpotensi memberikan dampak positif terhadap perekonomian secara keseluruhan.
"Data menunjukkan, kontribusi industri petrokimia terhadap penerimaan pajak, serapan tenaga kerja, dan realisasi investasi tercatat sebagai salah satu yang terbaik," ujar Komaidi dalam laporannya, Selasa (17/1/2023).
Baca Juga: Penggunaan Energi Gas Berpotensi Tekan Emisi Karbon hingga 50%
Komaidi mengatakan bahwa gas bumi juga memiliki peran strategis untuk mendorong pengembangan industri petrokimia dan nilai tambah ekonomi Indonesia.
Menurutnya, untuk industri petrokimia, gas bumi memiliki dua peran penting sekaligus, yaitu untuk bahan baku dan sumber energi.
"Peluang untuk dapat mendorong pengembangan industri petrokimia Indonesia masih cukup besar. Data menyebutkan, dengan kapasitas produksi petrokimia Indonesia yang saat ini sekitar 7,1 juta ton per tahun, sekitar 70 persen kebutuhan petrokimia untuk domestik masih harus dipenuhi dari impor," ujarnya.
Komaidi melanjutkan bahwa kebutuhan gas untuk bahan baku industri petrokimia domestik dengan kapasitas 7,1 juta ton per tahun tersebut dapat mencapai kisaran 716 BBTUD.
Adapun kebutuhan gas untuk bahan baku dan sumber energi untuk industri petrokimia berpotensi meningkat signifikan jika pemerintah menerapkan kebijakan substitusi terhadap sekitar 70 persen kebutuhan petrokimia yang masih diimpor dengan produksi dalam negeri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement