Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sebanyak 62% Eksekutif Perusahaan Akui Miskomunikasi Sebabkan Risiko Keamanan Siber

Sebanyak 62% Eksekutif Perusahaan Akui Miskomunikasi Sebabkan Risiko Keamanan Siber Kredit Foto: Unsplash/Arpad Czapp
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan global cyber security Kapersky mencatat bahwa 62% dari 1.300 eksekutif perusahaan mengakui bahwa miskomunikasi dengan departemen atau tim keamanan TI telah mengakibatkan setidaknya satu insiden keamanan siber di perusahaan mereka.

Konsekuensi berisiko yang terjadi akibat dari miskomunikasi tersebut antara mulai dari yang paling mendominasi adalah keterlambatan proyek kritikal mencapai 67% hingga insiden keamanan siber mencapai 62%. Hampir dari sepertiga responden bahkan mengatakan bahwa mereka pernah mengalami masalah ini lebih dari satu kali.

Berdasarkan survei analitik Forrester, perusahaan rata-rata menghabiskan 37 hari dan US$2,4 juta untuk mendeteksi dan memulihkan insiden siber. Tidak hanya ini, efek samping dari miskomunikasi antara eksekutif dan tim keamanan TI tidak juga hanya akan mempertanyakan kemampuan sesama kolega dalam perusahaan, namun juga dapat menyebabkan pemborosan anggaran, kehilangan karyawan yang berharga, dan memburuknya hubungan antar tim, di mana hasil survei Kaspersky menemukan situasi tersebut telah terjadi pada 61% responden.

Baca Juga: Penggemar Game PlayStation, Waspadai Skema Serangan Siber The Last of Us

Kepala Keamanan Informasi di Kaspersky, Alexey Vovk menyampaikan bahwa komunikasi yang jelas antara eksekutif perusahaan dan manajemen keamanan TI merupakan prasyarat untuk keamanan bisnis perusahaan. Selain memperburuk indikator bisnis, ketidakjelasan komunikasi dengan karyawan keamanan TI juga dapat memengaruhi kondisi emosional tim dan membuat eksekutif mempertanyakan keterampilan dan kemampuan karyawan TI. Terkait hal ini, 28% eksekutif mengakui bahwa kesalahpahaman membuat mereka khawatir terhadap keselamatan bisnis dan 26% menganggap situasi semacam ini membuat gugup dan memengaruhi kinerja mereka.

"Tantangannya di sini adalah menempatkan diri pada posisi orang lain, mengantisipasi dan mencegah kesalahpahaman yang serius. Ini berarti, di satu sisi, CISO haru mengetahui bahasa bisnis dasar untuk lebih menjelaskan risiko yang ada dan perlunya langkah keamanan. Di sisi lain, bisnis juga harus memahami bahwa keamanan informasi di abad ke-21 merupakan bagian integral dari bisnis dan penganggaran karena merupakan investasi dalam melindungi aset perusahaan," tutur Alexey dalam pernyataan media pada Kamis (19/1/2023).

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: