"Bagaimana mitra memberikan reporting, bagaimana mitra mengontrol ininya, kemudian bagaimana kita harus memproses dan menjaga cashflow manajemennya," ungkapnya.
Selanjutnya yang ketujuh adalah supply chain management. Pertimbangkan perhitungan cost-nya, sudah dihitung belum margin bahan bakuhya berapa, apakah bisnis akan menggunakan third party logistik atau fourth party logistik company.
"Kalau istilah ini saja kalian belum paham ini sudah pasti belum siap untuk dimitrakan. Ini kompleks, walaupun terlihat mudah untuk jualan, tapi jangan salah, banyak sekali indikator yang harus diperhatikan. Supply chain management ini nanti sangat berpengaruh di harga jual, impact-nya ke gross profit-nya, net profit. jadi jangan berpikir bahwa ketika kita punya cabang net profit kita 25 persen, mitra akan mendapatkan hal yang sam. Karena dia ada margin bahan baku, ada cost distribusi, ada cost gudang," jelas Rex.
Faktor lainnya adalah people management. Rex menjelaskan punya banyak cabang itu asik, tapi pebisnis harus bisa mengontrol, menstandardisasi, memberikan training, dan membentuk kultur budaya yang sama untuk setiap orang.
"Bagaimana kita memastikan bahwa setiap cabang bisa senyum, ini kalian juga harus punya tim yang kuat untuk membangun people management ini, salah satu kuncinya adalah learning management system untuk membangun standaridsasi training yang tepat untuk orang-orang ataupun untuk rekrutmen yang memang punya standar yang bagus yang sudah kita deliver untuk mitra," katanya.
Kemudian salah satu yang wajib ada adalah learning management system. Pasalnya, dengan itu maka biaya akan turun jauh sehingga akan membuat bisnis tetap sangat menguntungkan.
"Karena biaya bisnis kemitraan ini kalau kita mau mengelola ya SDM, SOP lain-lain kirim trainer ke 50 cabang harus punya cost berapa? Tapi dengan learning management sistem semua cost ini bisa di-reduce. Jam 8 pagi semua harus training nonton SOP a, b, c, d kemudian nonton up selling, cros selling, strateginya seperti apa untuk seluruh karyawan kita. Bisa? karena punya learning managemen sistem," ujar Rex.
Faktor kesepuluh adalah partner for mitra, pebisnis harus mempunyai tim untuk menjadi mentor, partner mitra. Hal ini karena bisnis FnB lebih kompleks.
Pasalnya, setiap lokal menyajikan tantangan sendiri. Ada kompetisi lokal, ada budaya masyarakat yang berbeda, ada perilaku segmen pasar yang berbeda dan ini butuh untuk terus diedukasi.
"Ketika kalian asik punya 50 cabang, pertanyaanya apakah Anda sudah punya mentornya, apa sudah punya advisor agar konsultannya yang memang dikhususkan untuk mitra? Tapi jangan khawatir, banyak mentor-mentor yang bisa di-hire untuk menjadi partner-nya mitra, jadi jangan dikerjakan sendiri karena kalian akan fokus ke pertumbuhan dan harus ada bagian service yang khusus untuk menjadi partner-nya mitra," ujarnya.
Kesebelas adalah brand value atau brand posisioning. Pebisnis harus bisa membangun waralaba dengan mengandalkan value.
Baca Juga: Pengelola Starbucks Indonesia Tanda Tangani MoU dengan The Grand Outlet Karawang
"Seperti apa value itu? Contoh misalnya kita bicara Starbucks, apakah kopinya yang paling enak? Apakah dia punya makanan berat seperti nasi goreng dan lain-lain? Enggak ada, tapi kenapa ke mana-mana kita pergi ke Starbucks orang tetap datang? Karena dia punya value bahwa Starbucks adalah tempat antara rumah dan kantor, di mana kalau kita mencari satu kegiatan, misalnya meeting, diskusi, ngobrol yang memang sudah piece of mind perginya ke Starbucks, value ini penting sekali apalagi bisnis yang skill dan mengandalkan kemitraan dalam proses pengembanganya," ucapnya.
Kemudian, multi chanel sales yang artinya mitra hanya tergantung berjualan pada offline, dine in, atau tergantung pada delivery online. Pebisnis harus membangun multi channel di pusat untuk kemudian bisa digunakan di banyak cabang mitra-mitra.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement