- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Penyesuaian Harga Pertamax: Akibat Harga Minyak hingga Arahan Penyesuaian Pertalite
Menurutnya, dengan disesuaikanya harga Pertalite dan solar di masyarakat akan memberikan imbas positif terhadap perekonomian Indonesia.
"Lebih berimbas positif ke ekonomi itu Pertalite dan solar diturunkan, kalau bisa kembali ke harga awal sebelum kenaikan bulan September 2022," ucapnya.
Lanjutnya, dengan penurunan harga Pertalite, efeknya akan langsung dirasakan ke inflasi yang lebih terjaga. Pasalnya aktivitas masyarakat yang mulai pulih pascapencabutan PPKM butuh keterjangkauan biaya transportasi.
"Kalau dilihat sejak naiknya harga BBM bulan September, imbasnya terus menerus ke inflasi bulan Desember. Jadi cara ampuh menurunkan inflasi selain pangan, ya dengan turunkan harga BBM jenis subsidi. Ini harusnya bentuk stimulus ekonomi yang dilakukan pemerintah," ungkapnya.
Di sisi lain, Fahmy Radhi mengatakan bahwa tren negatif harga minyak mentah dunia yang terus mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir dan menyentuh angka US$79 per barel sudah seharusnya membuat pemerintah menyesuaikan harga BBM subsidi.
Menurutnya, kondisi menurunya harga minyak dunia seharusnya membuat pemerintah menurunkan harga Pertalite.
"Pemerintah juga harus menurukan harga Pertalite. Alasannya, saat menaikkan harga Pertalite, asumsi yang digunakan harga minyak dunia di atas US$100 per barel, padahal sekarang turun menjadi US$79 per barel," ujar Fahmy saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Rabu (4/1/2023).
Fahmy mengatakan bahwa penurunan harga Pertalite akan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia di tengah pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat oleh pemerintah.
"(Penurunan harga Pertalite) menurunkan inflasi dan menaikkan daya meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Terkait penyesuaian harga Pertamax, Fahmy menilai hal tersebut sudah seharusnya dilakukan oleh Pertamina ataupun pemerintah untuk mendorong penyesuaian harga.
"Untuk harga Pertamax ke atas Pertamina harus menurunkan harga BBM tersebut," ungkapnya.
Fahmy menilai hal tersebut perlu dilakukan lantaran harga Pertamax ke atas ditetapkan berdasarkan harga pasar.
Menurutnya, terdapat tiga faktor yang digunakan oleh PT Pertamina (Persero) dalam menetapkan harga Pertamax ke atas, yakni harga minyak dunia, inflasi, dan kurs rupiah terhadap dolar.
"Kalau mengacu pada harga minyak dunia yang cenderung turun hingga 79 dolar AS per barel dan inflasi rendah, sangat memungkinkan bagi Pertamina untuk menurunkan harga Pertamax ke atas," ujarnya.
Menarik Pengguna Pertalite
Fahmy Radhi menyebut penyesuaian harga BBM dengan RON di atas 92 membuka peluang migrasi pengguna BBM subsidi.
"Kemungkinan migrasi ke Pertalite cukup besar," ujar Fahmy saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Rabu (4/1/2023).
Maka dari itu, Fahmy mengatakan perlu adanya pembatasan agar pengguna BBM subsidi, terutama Pertalite dapat tepat sasaran kepada masyarakat yang membutuhkannya.
"Pembatasan melalui Perpres nomori 191 dengan memasukan bahwa pengguna Pertalite dan Solar adalah sepeda motor dan angkutan orang dan barang. Di luar itu harus migrasi ke BBM nonsubsidi," ujarnya.
Sementara itu, Novia Xu menilai penurunan harga harga BBM dengan RON di atas 92 oleh PT Pertamina belum dapat mengerek pengguna Pertalite beralih ke Pertamax.
Pasalnya setelah penyesuaian, harga BBM non-subsidi kini memang lebih mendekati harga BBM bersubsidi, namun masih terdapat selisih yang cukup signifikan antara keduanya.
"Masih ada selisih yang cukup signifikan, hampir Rp3 ribu per liter. Insentif bagi pengguna Pertalite untuk beralih ke Pertamax rasanya masih terbatas," ujar Novia saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Kamis (5/1/2022).
Novia menyebut masih ada kemungkinan potensi penurunan beban subsidi BBM, namun tidak menjadi alasan bagi pemerintah untuk tidak meneruskan program reformasi subsidi yang lebih efektif dan tepat sasaran.
"Apalagi ada juga upaya pemerintah dalam menggalakkan transisi ekonomi hijau. Tentu harga BBM yang lebih tinggi bisa membantu masyarakat mempertimbangkan opsi transportasi yang lebih ramah lingkungan," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement