Survei Catat Sebagian Besar Pemilik Aset Kripto Tidak Menyadari Risiko yang Ada
Menjelajahi tren penggunaan aset kripto di tengah peningkatan popularitas aset tersebut saat ini, perusahaan global cybersecurity Kaspersky menemukan bahwa sebagian besar dari responden yang merupakan pemilik aset kripto tidak menyadari adanya risiko termasuk pengaruh serangan siber yang mengancam.
Berdasarkan laporan survei terbaru Kaspersky, hanya 25% dari responsen memiliki pengetahuan yang cukup terkait dengan potensi ancaman dunia maya aset kripto, sementara 23%-nya tidak memiliki informasi sama sekali, di mana hal ini kesadaran akan ancaman akan terus menurun seiring dengan bertambahanya udsia, dengan konsumen yang lebih muda di bawah 35 tahun terpapar lebih banyak informasi.
"Meskipun penurunan terjadi di pasar kripto baru-baru ini, namun tingkat aktivitas berbahaya di lapangan tidak menurun. Industri kripto, yang masih dalam masa pertumbuhan, tetap menjadi target utama para scammers. Survei ini menekankan perlunya peningkatan kesadaran dan edukasi mengenai potensi risiko yang dihadapi oleh pemilik aset kripto. Karena adopsi digital terus bertumbuh, sangat penting bagi individu untuk mengambil tindakan yang tepat guna melindungi diri dari ancaman dunia maya," tutur Vitaly Kamluk selaku kepala unit Asia Pasifik, Tim Riset & Analisis Global Kaspersky (GReaT) dalam pernyataan media pada Kamis (26/1/2023).
Baca Juga: Australia Tempati Urutan Ketiga dalam Instalasi ATM Kripto Setelah AS dan Kanada
Salah satu aspek negatif yang paling sering dikutip dari penggunaan aset kripto adalah ancaman dunia maya seperti pencurian yang disoroti oleh 27% pengguna dan penipuan virtual yang disoroti oleh 26% pengguna. Sementara itu 38% pengguna kripto dari responden Kaspersky tidak menyadari bahwa mereka bisa menjadi target ancaman kripto bahkan ketika mereka tidak memiliki aset tersebut.
Perlu dicatat, bahwa siapap un dapat menjadi target penambang kripto (cryptominning) yang merupakan sebuah program yang secara diam-diam menghasilkan aset kripto untuk pemiliknya menggunakan sumber daya komputer lain, baik mereka memiliki aset kripto maupun tidak.
Di negara-negara Afrika Selatan dan Asia Pasifik, penipuan investasi kripto masing-masing mencapai 23% dan 15%, sementara untuk aplikasi palsu masing-masing mencapai 16% dan 15%.
Di sisi lain, di Eropa masalah yang paling menonjol (mencapai 13%) adalah serangan pemerasan di mana scammers mengancam untuk mengungkapkan riwayat penjelajahan korban di situs web dewasa kecuali mereka memberikan akses pribadi atau mengirim aset kripto.
Dari hasil survei Kaspersky, 49% responden telah dipengaruhi oleh kejahatan aset kripto dalam beberapa cara dan mengungkapkan berbagai aktivitas kriminal di lapangan. Selain itu, 49% dari individu yang disurvei juga tidak percaya bahwa sistem perlindungan saat ini untuk aset kripto itu efektif, dengan 40% pemilik aset kripto saat ini juga tidak percaya bahwa sistem perlindungan yang ada sudah cukup memadai.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement