Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Capai Indonesia Emas, Kemenko PMK Tanamkan Nilai Revolusi Mental Gotong Royong di Masyarakat

Capai Indonesia Emas, Kemenko PMK Tanamkan Nilai Revolusi Mental Gotong Royong di Masyarakat Kredit Foto: Kemenko PMK
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia ditargetkan menjadi bagian dari negara maju pada momentum Indonesia Emas 2045. Indonesia memiliki potensi antara lain luas wilayah dan kekayaan alam Indonesia yang sangat luar biasa, juga penduduk Indonesia yang jumlahnya mencapai lebih dari 270 juta jiwa. Jumlah tersebut telah mencapai bonus demografi dengan 60 persen penduduk Indonesia adalah usia produktif.

Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Didik Suhardi menyampaikan, pemerintah berupaya supaya bonus demografi tidak menjadi bencana demografi.

Baca Juga: Kemenko PMK Gandeng ESQ Ary Ginanjar Launching Core Values Ber-AKHLAK

Deputi Didik memaparkan, pemerintah berfokus dalam dua hal untuk memaksimalkan bonus demografi dan menggapai Indonesia Emas 2045, yaitu menangani stunting dan mengentaskan kemiskinan ekstrem.

Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Kick Off Gerakan nasional Revolusi Mental Tahun 2023, "Transformasi Kebijakan Perlindungan Sosial", di Balai Senat Balairung Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dikutip dalam siaran pers pada Kamis (26/1/2023).

"Pemerintah dalam hal ini telah mengeluarkan kebijakan dan program perlindungan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), dan bantuan sosial. Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar generasi kita tidak stunting dan terjebak dalam masalah kemiskinan ekstrem," ungkapnya.

Penurunan stunting, lanjutnya, ditargetkan menjadi 14 persen pada tahun 2024. Kemudian, kemiskinan ekstrem juga harus dientaskan menjadi 0 persen pada tahun 2024 karena berkaitan dengan penyebab stunting pada anak-anak.

Didik menjelaskan bahwa stunting menjadi hambatan besar pembangunan SDM Indonesia karena memiliki masalah yang beririsan. Bukan hanya masalah kemiskinan, masalah lain juga ada di dalamnya, seperti masalah demografi, sanitasi, masalah lain seperti masalah sosial budaya yang harus diselesaikan.

Ia menerangkan, kegiatan Kick Off Gerakan nasional Revolusi Mental Tahun 2023, terkait Transformasi Kebijakan Perlindungan Sosial diharapkan bisa sejalan dengan nilai-nilai revolusi mental terutama semangat gotong royong dalam menangani stunting dan kemiskinan ekstrem.

"Ini perlu kita selaraskan perbaiki kembangkan antara kebijakan satu dengan lainnya sehingga asimetrik policy. Harapan kita bisa sampai. Sejalan dengan yang kita lakukan kolaborasi gotong royong antarkementerian, lembaga yang menangani program ini," ujarnya.

Dalam kesempatan Kick Off Gerakan Nasional Revolusi Mental Tahun 2023, hadir Rektor UGM Ova Emilia, Rektor UNHAS Jamaludin Jompa, Dekan FISIP UI Semiarto Aji Purwanto, Akademisi Australia National University John McCarthy, dan jajaran petinggi UGM.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: