Pada 2023 ini, target perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis akan memajukan tren digitalisasi HR, dimana berbagai perusahaan akan meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperlancar pengelolaan sumber daya manusia (SDM).
Aviandri Hidayat, Chief Product Officer Mekari, perusahaan teknologi yang menyediakan solusi digital bagi bisnis, mengatakan bahwa dengan mendigitalisasi proses dan sistem HR, perusahaan bisa merekrut, membina, dan mempertahankan karyawan dengan lebih tepat dan efektif. Baca Juga: Wapres Tekankan Pentingnya SDM Unggul sebagai Pembawa Estafet Kepemimpinan Bangsa
“Digitalisasi HR akan memperkuat kemampuan perusahaan melakukan manpower planning, atau perencanaan tenaga kerja, yang memastikan bahwa perusahaan selalu memiliki talenta-talenta memadai untuk menjalankan bisnis. Selain itu, digitalisasi HR akan membantu perusahaan untuk memperkuat hubungan dengan karyawan dengan menciptakan budaya kerja yang baik bagi kesejahteraan dan produktivitas karyawan,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (28/1/2023).
Ia menambahkan bahwa digitalisasi HR memungkinkan sistem dan proses HR untuk berjalan seirama dengan fungsi-fungsi lain yang sudah bertransformasi digital terlebih dahulu.
Berikut lima tren digitalisasi HR yang bisa digunakan perusahaan sebagai pedoman dalam merencanakan strategi transformasi digital HR di 2023.
1. Data analitik untuk memperkuat insight HR
HR memegang data yang melimpah, mulai dari profil setiap karyawan hingga rekaman absensi harian. Dengan data analitik, data tersebut dapat diolah oleh HR untuk memberikan perusahaan insight, atau wawasan, mendalam mengenai SDMnya. Contohnya, data analitik bisa mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan turnover tinggi di sebuah departemen, sehingga HR bisa merancang solusi spesifik untuk mengusahakan kepuasan karyawan di departemen tersebut. Terkait data, teknologi juga memudahkan HR untuk mengecek situasi kepegawaian terkini dengan merangkum data di dashboard sehingga mudah dibaca. Selain itu, teknologi mengamankan penyimpanan data, dan hal tersebut sangat penting mengingat bahwa HR berkutat dengan informasi sensitif.
2. Manpower planning untuk mendukung rekrutmen
Akurasi perencanaan SDM semakin krusial di tengah inflasi karena perusahaan harus hati-hati menyeimbangkan antara kebutuhan akan SDM dengan anggaran yang tersedia. Teknologi membantu manpower planning dengan memfasilitasi HR merekrut kandidat-kandidat paling tepat untuk sebuah posisi. Misalnya, dengan teknologi, HR bisa menganalisa ratusan CV untuk menemukan kandidat yang paling cocok. Teknologi juga dapat digunakan untuk succession planning, atau perencanaan perputaran karyawan, dimana HR bisa membangun database berisi talenta-talenta berpotensi yang bisa dipersiapkan sebagai kandidat untuk mengambil alih posisi karyawan yang pindah departemen atau mengundurkan diri. Baca Juga: Cara Mengatur Keuangan di Era Industri 4.0, Digitalisasi Di Mana-Mana!
3. Pemberian benefit bagi karyawan untuk memupuk budaya kerja yang positif
Fenomena quiet quitting mengingatkan perusahaan bahwa budaya kerja berdampak besar pada loyalitas dan produktivitas karyawan. Kini, HR bisa menciptakan budaya kerja yang positif dengan menggunakan teknologi untuk memperdalam apresiasi dan hubungan perusahaan dengan karyawan. Teknologi bisa dimanfaatkan untuk menyalurkan benefit, seperti asuransi kesehatan dan akses ke gaji lebih awal, atau earned wage access (EWA), yang akan meningkatkan kesejahteraan hidup karyawan. Selain itu, teknologi seperti HR Helpdesk menyediakan satu wadah dimana karyawan bisa secara praktis bertanya dan mengecek dengan HR mengenai hal-hal terkait administrasi kepegawaian.
4. Fleksibilitas kerja untuk mempertajam agilitas bisnis
Pandemi menyadarkan perusahaan bahwa fleksibilitas kerja berdampak positif bagi agilitas bisnis, atau kecepatan perusahaan untuk beradaptasi pada perubahan pasar. Kini, banyak perusahaan menerapkan hybrid work supaya perusahaan dan karyawan tidak lagi terbelenggu oleh kantor fisik untuk mengoperasikan bisnis. Fleksibilitas kerja menuntut HR untuk memanfaatkan teknologi agar tetap bisa menjalankan proses kepegawaian, seperti absensi, secara remote. Bahkan, perusahaan-perusahaan di industri tradisional seperti manufaktur dan pertambangan turut mengadopsi absensi virtual agar karyawan mereka bisa clock in dan clock out langsung dari lapangan.
5. Kepatuhan terhadap kewajiban kerja
Teknologi menghadirkan sistem yang memudahkan HR dan karyawan untuk saling menjalankan kewajiban, termasuk yang bersifat administratif seperti absensi dan timesheet. Kedepannya, teknologi mutakhir seperti AI akan memudahkan karyawan untuk memenuhi berbagai kewajiban kantor. Contohnya, sistem absensi virtual yaitu liveness validation menggunakan teknologi facial recognition untuk mencocokan foto selfie wajah yang diambil karyawan saat clock in dengan foto yang tersimpan di database HR. Dengan demikian, HR dapat memastikan bahwa karyawan yang bersangkutan benar-benar melakukan absensi. Baca Juga: Sesuai Arahan Presiden, Kemenhub Siapkan SDM Unggul guna Akselerasi Pembangunan Infrastruktur
“Dari tren-tren di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa teknologi membuat proses HR sehari-hari, bahkan yang sesederhana absensi, menjadi sangat praktis dan effortless. Ragam kemudahan inilah yang meningkatkan produktivitas karyawan dan juga departemen HR karena mereka kini terbebas dari kerumitan proses administrasi sehingga bisa fokus pada tugas sesungguhnya,” kata Aviandri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement