Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Enam Strategi Bisnis Kuliner Populer ala Joongla

Enam Strategi Bisnis Kuliner Populer ala Joongla Joongla. | Kredit Foto: Instagram/Joongla
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pop-up dining experience Joongla yang berada di kota Bandung kini tengah menjadi salah satu bisnis kuliner yang trending di media sosial. Dengan konsep dan strateginya, Joongla tidak hanya menjadi ramai diperbincangkan oleh penggemar kuliner, para konsumen pun harus memesan tempat hingga satu bulan untuk bisa merasakan pengalaman makan di tempat tersebut.

Menelisik konsep dan strategi yang dibawa Joongla hingga menjadi topik hangat di industri kuliner tanah air, Curriculum Development Foodizz M Syarif Hidayatullah menyampaikan bahwa ada enam WOW effect yang membuat konsumen rela dan berusaha melakukan pemesanan tempat di Joongla.

Baca Juga: Cara Menurunkan Biaya Karyawan dalam Bisnis Kuliner, Bikin Bisnis Lebih Fokus dan Cepat Berkembang!

"Konsep pop-up dining experience mengadaptasi konsep omakase dari Jepang, di mana konsumen cukup membayar satu paket makanan yang sudah terdiri dari makanan pembuka, makanan utama dan pencuci mulut. Di mana nantinya chef akan melayani konsumen secara langsung mulai dari preparation sampai makanan itu disediakan langsung di depan konsumen," terang Syarif seperti dikutip dalam video YouTube Foodizz Channel berjudul Cek 6 WOW Effect yang Membuat Konsumen Harus Booking 1 Bulan Buat Makan di Joongla pada Minggu (29/1/2023).

Alasan pertama, Syarif mengungkapkan bahwa orang Indonesia sangat menyukai cerita atau story telling. Dengan adanya budaya turun temurun dalam bercerita, cerita pun kemudian telah menjadi bagian yang melekat dalam kebiasaan hidup sehari-hari masyarakat. Terkait dengan hal ini, cerita atau story telling telah digunakan oleh Joongla untuk menjadi senjata yang kuat dalam membangun posisi brand kepada konsumen.

"Dalam hal ini, Joongla, story telling menjadi sajian utama menurut saya. Mulai dari kita di titik kumpul dengan menceritakan tentang Pasar Cihapit, saat masuk menuju Joongla, kita diceritakan brand-brand kuliner yang ada di sana. Saat makan kita diceritakan latar belakang menu tersebut. Kita juga diceritakan di mana asal bahan baku dari menu-menu tersebut, dan keseluruhan dari pengalaman yang kita dapatkan di sana itu bagaikan kita sedang didongengkan," tutur Syarif.

Yang menarik, Joongla akan memanfaatkan efek budaya cerita konsumennya untuk membangun brand. Joongla memanfaatkan kebiasaan bercerita konsumennya untuk menceritakan pengalaman yang mereka dapatkan di Joongla kepada orang lain, atau minimal untuk zaman sekarang ini, konsumen akan mengunggah cerita pengalamannya ke media sosial sehingga strategi ini dapat menjadi strategi informasi bola salju yang semakin lama menggulung semakin besar. 

"Yang kedua, experience makan di dalam pasar. Do not just serve  food, serve experience. Ini yang menjadi kunci dari Joongla. Experience atau pengalaman [...] Satu kata yang selalu muncul tentang Joongla adalah pengalaman atau experience." Syarif menyampaikan bahwa pengalaman makan di tengah suasana pasar tradisional telah menjadi pengalaman yang menarik bagi konsumen dalam menikmati jamuan makanan yang disediakan. Hal ini pun kemudian membawa pada kunci ketiga yaitu didukung oleh layanan atau service ala fine dining yang membuat pengalaman makan menjadi lebih unik.

Yang keempat adalah berteman dengan Joongla. Syarif menyebut bahwa Joongla menggunakan strategi menggaet hati konsumen dengan layanan yang ramah dan lebih personal karena staf Joongla telah terlebih dahulu mengenali konsumen mereka sehingga konsumen merasa lebih dekat dengan Joongla. Dilanjut pada strategi kelima Joongla adalah mendorong konsumen membuat konten dengan menyediakan produk dan layanan yang menarik konsumen untuk membuat konten dari hal tersebut.

"Yang keenam, value yang dibawa sebagai oleh-oleh. Sahabat Foodizz, dari semua rangkaian cerita yang kita dapatkan, pengalaman yang kita rasakan, dan nikmatnya makanan yang kita makan, ada satu hal menarik yang membekas di benak kita setelah kita makan di Joongla. Yaitu begitu kayanya budaya kuliner Indonesia dengan segala melimpahnya sumber daya alam yang ada. Jadi makan bukan sekedar makan. Pengalaman makan di Joongla ini membuat kami semakin kritis produk dan layanan yang diberikan," pungkas Syarif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: