Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Popomie dan Tantangan Industri Mi di Era Kesadaran Kualitas Pangan

Popomie dan Tantangan Industri Mi di Era Kesadaran Kualitas Pangan Dengan fokus pada inovasi dan komitmen pada mutu, Popomie optimistis menghadapi persaingan yang semakin ketat di kalangan supplier mi dan ramen di Jakarta. | Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri mi di Indonesia mengalami perkembangan pesat seiring dengan tingginya konsumsi masyarakat. Mie atau mi telah menjadi makanan favorit dan alternatif pengganti nasi karena sifatnya yang praktis dan mudah diolah.

Menurut data World Instant Noodles Association, Indonesia adalah negara dengan konsumsi mi terbanyak kedua di dunia pada 2023. Sepanjang tahun lalu angka konsumsi mi di Indonesia mencapai 14,54 miliar porsi.

Hal ini membuat pasar mi semakin luas, dengan permintaan yang datang dari berbagai segmen, mulai dari rumah tangga hingga bisnis kuliner seperti restoran dan pedagang kaki lima. Tren konsumsi ini memberikan peluang besar bagi produsen mi untuk tumbuh dan memperluas pangsa pasar mereka.

Namun, di tengah popularitas tersebut, tantangan baru muncul seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap kualitas dan keamanan pangan.

Prof. Bambang Wirjatmadi Pakar Kesehatan Masyarakat Unair dalam Diskusi Pakar yang digelar di Kampus Unair mengungkapkan bahwa keamanan atau kualitas pangan tak kalah penting untuk diperhatikan karena berhubungan dengan kesehatan masyarakat di Indonesia. Konsumen kini tidak hanya mencari produk yang enak, tetapi juga yang sehat, aman, dan memenuhi standar seperti sertifikasi halal. 

Untuk menghadapi perubahan ini, produsen mi harus berinovasi, baik dalam proses produksi maupun pengembangan produk baru. Konsistensi dalam kualitas dan pelayanan juga menjadi kunci penting agar dapat terus bersaing di pasar yang kompetitif serta memenuhi ekspektasi pasar yang semakin tinggi. Produsen mi perlu berinovasi dan menjaga konsistensi agar bisa memenuhi ekspektasi konsumen yang semakin tinggi.

Baca Juga: Produk Makanan dan Minuman RI Diguyur Potensi Transaksi Ratusan Miliar di Kaohsiung Food Show 2024 Taiwan

Popomie, salah satu supplier mi dan ramen di Jakarta, berupaya menghadapi tantangan ini dengan berpegang pada prinsip kualitas dan integritas. Bisnis mereka berawal dari keluarga yang memproduksi ‘Mie Matahari’ sejak 1985, namun sempat mengalami pasang surut.

Pada 2014, usaha tersebut dibangkitkan kembali dengan strategi baru oleh pemilik dan istrinya. Dalam setiap produksi, Popomie fokus menggunakan bahan berkualitas tinggi yang telah bersertifikasi halal untuk menjawab kebutuhan pasar yang semakin peduli terhadap kesehatan pangan.

“Kualitas produk tidak bisa dikompromikan, terutama di era di mana konsumen semakin kritis terhadap apa yang mereka konsumsi,” jelas Sutopo sebagai pemilik usaha.

Mi dan ramen diproduksi segar setiap pagi. Hal ini menuntut ketepatan waktu dalam pengiriman agar kualitas tetap terjaga. Pengalaman ini menegaskan pentingnya konsistensi dan kepercayaan dalam menjaga kepuasan pelanggan. Pengalaman Popomie memberi pelajaran penting bagi pelaku bisnis kuliner lainnya.

“Bukan hanya harga murah yang membuat pelanggan setia, tetapi kualitas dan kepuasan mereka,” tambah Sutopo.

Dengan fokus pada inovasi dan komitmen pada mutu, Popomie optimistis menghadapi persaingan yang semakin ketat di kalangan supplier mi dan ramen di Jakarta.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: