Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ada yang Membuat China dan Arab Saudi Makin Lengket, Utusan Xi Jinping Kasih Kisi-kisinya

Ada yang Membuat China dan Arab Saudi Makin Lengket, Utusan Xi Jinping Kasih Kisi-kisinya Dubes China untuk Amerika, Qin Gang. | Kredit Foto: Xinhua
Warta Ekonomi, Riyadh -

China memiliki salah satu fokus utama yaitu memperkuat hubungan dengan Arab Saudi, kata Menteri Luar negeri Qin Gang. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah memabangun Free Trade Zone (FTZ) antara Beijing dan negara Teluk.

Dalam pernyataan, yang dirilis Senin (30/1/2023), Qin mengatakan, kedua pihak harus memperluas kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, energi, infrastruktur, investasi, keuangan, dan teknologi tinggi.

Baca Juga: China 'Pasang Badan' buat Palestina, Desak Israel Segera Tahan Diri

“Kita harus terus memperkuat kemitraan strategis China-Teluk dan membangun Zona Perdagangan Bebas China-Teluk secepat mungkin,” ungkap Qin, seperti dikutip Reuters, kemarin.

Niat Qin itu juga telah disampaikan langsung kepada Menlu Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud melalui telepon.

Dalam percakapan itu, Qin juga menekankan sangat menghargai dukungan tegas Arab Saudi yang konsisten pada isu-isu yang melibatkan kepentingan inti China.

Pangeran Faisal mengatakan, Arab Saudi menganggap hubungan dengan China sebagai landasan penting hubungan luar negeri. Dia juga menegaskan kembali sikap Arab Saudi yang sepenuhnya mendukung prinsip satu-China, pandangan Arab Saudi terhadap konflik antara China dan Taiwan.

Awal Desember lalu, Presiden Xi Jinping berkunjung ke Arab Saudi. Pada kesempatan itu, kedua negara meluncurkan serangkaian kesepakatan strategis. Termasuk ekspansi raksasa teknologi China, Huawei ke wilayah Riyadh.

Huawei telah berpartisipasi dalam membangun jaringan 5G di sebagian besar negara Teluk, meskipun ada kekhawatiran dari rival China, Amerika Serikat (AS). Apalagi, Huawei masuk dalam daftar hitam Washington atas alasan keamanan.

Dalam kunjungannya, Xi diterima dengan hangat oleh Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri (PM) Arab Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS). ­Sambutan untuk Xi dengan karpet merah terlihat sangat kontras dibanding Presiden AS Joe Biden yang lebih sederhana, Juli 2022.

Diketahui, hubungan Biden dan MBS tegang oleh kebijakan energi Saudi dan pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2018.

Tak hanya dengan Saudi, hubungan tetangga dekat Riyadh, Uni Emirat Arab (UEA) ke China juga terus tumbuh.

Baca Juga: 2 Pulau Spesial yang Disiapkan Arab Saudi buat Orang-orang Israel Bermain Kasino

Ali Shihabi, analis Saudi yang akrab dengan pemikiran kepemimpinan Saudi mengatakan, Saudi telah belajar dari pengalaman pahit bahwa AS tidak dapat diandalkan secara konsisten untuk mendapatkan dukungan.

“Kerajaan harus mengatasi kenyataan itu dan mengembangkan banyak hubungan kunci di dunia yang semakin multipolar. Itu adalah proses yang dimulai beberapa tahun lalu dan tidak dapat diubah,” terangnya.

Terlepas dari kondisi hubungan AS dan Saudi, sebagai Menlu baru, Qin memang tampak aktif menjalin hubungan dengan luar negeri. Ia baru saja menyelesaikan tur ke beberapa negara Afrika.

Qin juga telah melakukan diskusi melalui telepon dengan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Belanda, Wopke Hoekstra, serta Menteri Luar Negeri Argentina, Santiago Cafierro­. Qin tancap gas untuk mencapai target kerja sama ekonomi dengan negara sahabat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: