Airlangga mengaku, pertemuan tersebut membicarakan banyak hal, tetapi terdapat sejumlah pembahasan yang tak dapat diungkapkan ke publik. Pertemuan keduanya tersebut menghasilkan tiga hal. Pertama adalah komitmen Partai Golkar dan Partai Nasdem dalam mendukung perekonomian nasional di tengah ketidakpastian seusai pandemi Covid-19.
Kedua, Golkar dan Nasdem bersepakat terhadap penggunaan sistem proporsional terbuka dalam Pemilu 2024. Menurutnya, pemilihan langsung oleh rakyat sudah menjadi komitmen kedua partai sejak lama. Terakhir, kunjungan Paloh merupakan silaturahim balasan dari Partai Nasdem terhadap partai berlambang pohon beringin itu.
Analis politik yang juga Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan, Surya Paloh terlihat memprioritaskan lebih dulu untuk mempertahankan posisi menteri Nasdem di Kabinet Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf ketimbang memikirkan Pilpres 2024. Arifki menyebut, bila lebih memprioritaskan pilpres, harusnya Paloh bertemu dengan PKS dan Demokrat yang belakangan mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres menyusul Nasdem.
“Surya Paloh lebih memilih bertemu dengan Golkar daripada menindaklanjuti dukungan Demokrat dan PKS. Langkah politik yang dipilih Nasdem terlihat lebih memprioritaskan posisi menterinya di pemerintahan daripada Pilpres 2024,” kata Arifki.
Santer beredar informasi bahwa Presiden Joko Widodo akan melakukan reshuffle kabinet dalam waktu dekat. Dan yang disebut-sebut akan dicopot adalah menteri-menteri dari Nasdem.
Surya Paloh lebih memilih bertemu dengan Golkar daripada menindaklanjuti dukungan Demokrat dan PKS.
Arifki melihat, Surya Paloh telah memainkan kecerdikan berpolitik dengan menemui Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto kemarin. Di mana pertemuan keduanya telah meredakan isu reshuffle.
Bila reshuffle urung dilakukan Jokowi, Arifki menyebut Nasdem mendapatkan dua keuntungan. Pertama, mereka masih dapat mengamankan tiga kursi menteri saat ini sampai Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf selesai. Kedua, mereka memiliki branding partai yang baik karena memiliki Anies sebagai kandidat capres yang akan diusung.
“Sebenarnya apa pun situasi politik yang muncul setelah gagalnya reshuffle kabinet, Nasdem memperoleh dua keuntungan,” ujar Arifki.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement