Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penurunan Emisi GRK pada Transportasi Perlu Penerapan ASI

Penurunan Emisi GRK pada Transportasi Perlu Penerapan ASI Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, untuk dapat menekan penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi, maka harus dilakukan penerapan kerangka acuan Avoid, Safe, dan Improve (ASI) secara holistik. 

Fabby menyebut, avoid di sini adalah upaya untuk memperbaiki efisiensi sistem transportasi secara keseluruhan melalui transit oriented development (TOD), melalui pengembangan kota yang kompleks.

"Sehingga dapat mereduksi jarak tempuh bahkan kebutuhan untuk menggunakan kendaraan bermotor," ujar Fabby dalam webinar, Selasa (21/2/2023).

Baca Juga: IESR: Kendaraan Listrik Jadi Salah Satu Mitigasi Perubahan Iklim 

Sedangkan safe adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi perjalanan individu perubahan moda kendaraan dari yang tinggi emisi ke moda yang lebih rendah emisi.

"Misalnya dari penggunaan mobil atau kendaraan pribadi ke transportasi publik," ujarnya. 

Sementara improve menitikberatkan kepada kendaraan dan efisiensi bahan bakar, perubahan kendaraan BBM menjadi listrik afau elektrifikasi kendaraan bermotor menjadi salah satu tindakan pada pilar ini.

Menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan lantaran pergerakan atau perpindahan manusia dan barang berdampak pada banyak aspek kehidupan, sehari-hari mobilitas tersebut dimanifestasikan dari aktivitas sektor transportasi yang hari ini secara global menyumbang 24 persen emisi gas rumah kaca dunia, di mana 75 persen dari emisi tersebut berasal dari transportasi darat. 

"Di 2020 transportasi menyumbang 12 miliar metrik ton rumah kaca di mana ini termasuk CO2, N2O, CHA4 dan black carbon, jumlah ini naik 50 persen dibandingkan 2018," ucapnya. 

Lanjutnya, tanpa adanya intervensi, maka emisi dari transportasi akan meningkat hingga 21 miliar metrik ton di tahun 2050 dan tentunya bertentangan dengan upaya untuk melakukan dekarbonisasi untuk mencapai net zero emission (NZE) di tahun itu. 

"Di Indonesia transportasi sendiri menyumbang 23 persen emisi gas rumah kaca di mana sekitar 90 persen berasal dari transportasi darat, untuk memangkas emisi gas rumah kaca untuk mencapai NZE maka dekarbonisasi di trasnportasi darat harus dilakukan," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: