Enam orang tewas dalam gempa bumi yang melanda wilayah perbatasan Turki dan Suriah, lapor CNN Turki, Selasa (22/2/2023). Ini terjadi dua minggu setelah gempa yang lebih besar menewaskan lebih dari 47.000 orang dan merusak atau menghancurkan ratusan ribu rumah.
Gempa pada Senin (20/2/2023), yang bermagnitudo 6,4, berpusat di dekat Kota Antakya, Turki selatan dan terasa di Suriah, Mesir, dan Lebanon. Itu melanda pada kedalaman 10 km (6,2 mil), kata Pusat Seismologi Mediterania Eropa (EMSC).
Baca Juga: Genting, Lebih 350.000 Wanita Hamil yang Selamat di Turki dan Suriah Butuh Perawatan Penting
CNN Turki memperlihatkan tim penyelamat menaiki tangga untuk memasuki salah satu gedung tempat beberapa orang terjebak setelah gempa terbaru. Dikatakan gempa melanda saat orang-orang berada di gedung yang sudah rusak untuk mengambil harta benda sebelum dihancurkan.
Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca mengatakan 294 orang terluka dalam gempa, Senin (21/2/2023) malam, dengan 18 orang terluka parah dan dibawa ke rumah sakit di Adana dan Dortyol.
"Pasien dievakuasi dari beberapa fasilitas kesehatan yang masih beroperasi setelah gempa besar dua minggu lalu, karena retakan muncul di gedung," kata Koca di Twitter.
Di Samandag, di mana Badan Penanggulangan Bencana dan Darurat (AFAD) Turki melaporkan satu orang tewas pada Senin (21/2/2023), penduduk mengatakan lebih banyak bangunan runtuh tetapi sebagian besar kota telah melarikan diri setelah gempa bumi awal. Gundukan puing dan furnitur yang dibuang berjejer di jalan-jalan yang gelap dan terbengkalai.
Korban tewas akibat gempa dua minggu lalu naik menjadi 41.156 di Turki, kata AFAD pada Senin (21/2/2023). Badan itu memperkirakan, korban akan meningkat lebih jauh, dengan 385.000 apartemen diketahui telah hancur atau rusak parah dan banyak orang masih hilang.
Di antara yang selamat dari gempa bumi adalah sekitar 356.000 wanita hamil yang sangat membutuhkan akses ke layanan kesehatan, kata badan kesehatan seksual dan reproduksi PBB.
Mereka termasuk 226.000 wanita di Turki dan 130.000 di Suriah, sekitar 38.800 di antaranya akan melahirkan bulan depan. Banyak dari mereka berlindung di kamp atau terkena suhu beku dan berjuang untuk mendapatkan makanan atau air bersih.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement