Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Madu Imago, dari Bogor Menjelajah ke Singapura hingga AS

Madu Imago, dari Bogor Menjelajah ke Singapura hingga AS Kredit Foto: Henry Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Digitalisasi memang menjadi salah satu jalan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk bertahan melawan pandemi Covid-19 yang terjadi di awal 2020 lalu. Lewat digitalisasi ini, tak sedikit UMKM yang mampu bertahan, bahkan bertumbuh.

Salah satunya PT Bumi Oma Henshin yang mampu meraup kenaikan omzet hingga 90 persen lewat digital marketing. UMKM yang berfokus memproduksi madu ini bahkan berhasil memasarkan produknya ke mancanegara.

Kisah PT Bumi Oma Henshin bermula dari sang pendirinya, Henry Hidayat, yang mulai menjual madu tahun 2018 setelah resign dari pekerjaannya. Saat itu ia iseng menjadikan madu sebagai suvenir di acara-acara gathering perusahaan. 

Baca Juga: Transformasi Digital: Siasat UMKM Bertahan Lawan Pagebluk Bahkan Rambah Mancanegara

Tak disangka, keisengan bermodal Rp5 juta tersebut berbuah manis. Banyak pesanan datang. Saat itu dalam sehari Henry mampu memanen cuan hingga Rp5-6 juta. Baru setahun kemudian (2019), ia meluncurkan merek Imago Raw Honey setelah melakukan riset pasar dan mencari sumber bahan baku berkualitas.

“Awalnya ada permintaan untuk dibuatkan suvenir yang unik dari perusahaan. Karena waktu itu kami sekeluarga konsumsi madu, kenapa enggak buat madu yang dikemas cantik, terus kami research, kami bikin kemasan yang bagus, kami cari brand-nya, akhirnya setelah jadi, kami kasih ke beberapa pelanggan corporate. Menariknya, Kemenparekraf menjadikan produk kami sebagai official merchandise Wonderful Indonesia. Di awal kami launching, dia order 1.500 pieces,” kisahnya saat ditemui Warta Ekonomi di Sarinah, Jakarta, Sabtu (18/2/2022).

Satu tahun awal, Imago hanya fokus menyasar target korporasi (business to business/B2B). Lantaran Madu Imago memang diperuntukkan sebagai suvenir perusahaan. Tak sedikit perusahaan yang menjadi kliennya, sebut saja Indosat Ooredoo, Telkom, OJK, Kemenhub, Kemendag, Kementan, dan masih banyak lagi.

“Setiap ada meeting, goodie bag-nya itu madu Imago dengan ada logo perusahaan. Misalnya OJK, ada logo OJK, logo Kemenhub. Ada identitasnya sebagai suvenir mereka. Itu berlangsung selama kurang lebih satu tahun. 2019 kami hanya fokus di korporasi,” beber pria kelahiran 1982 ini.

Seperti UMKM-UMKM lainnya, bisnis madu Imago pun terkena dampak dari pagebluk Covid-19. Seperti diceritakan di atas, bisnis ini bergantung pada event-event korporasi, sementara selama pagebluk pemerintah membatasi kerumunan. Semua event saat itu ditangguhkan. Dampaknya, pesanan suvenir madu Imago dibatalkan.

Pengadaan suvenir dan event yang sampai akhir tahun dibatalkan karena kebanyakan anggaran kan dialihkan ke penanganan Covid-19. Saat itu, Henry tak punya pemasukan sama sekali alias nol, sedangkan dia sudah membayar vendor dan lain-lain. Terjadilah defisit keuangan, omzet pun tidak ada. Akhirnya mau tidak mau ia memutuskan untuk masuk pasar ritel.

“Ada komunitas UMKM, di sana salah satu teman bilang, mau enggak produknya saya kasih ke salah satu public figure. Katanya free. Mereka kurasi dulu, kalau menurutnya oke, baru dipromo. Nama artisnya Fitri Salhuteru,” cerita Henry saat di awal meng-endorse produknya melalui artis. Tak disangka, lewat akun instagram Fitri Salhuteru, penjualan madunya mencapai Rp5 juta hanya dalam satu malam.

Dari situ suami Shinta Aviyani ini mulai mengirimkan produk Imago ke artis-artis, ada yang merespons, ada juga yang tidak. Sampai akhirnya pasangan artis, Annisa Trihapsari dan Sultan Djorghi, mengirim Direct Message menyampaikan kalau mereka tertarik dengan produk Imago.

“Pas Lebaran pandemi beliau order hampers ke kami, dan beliau sebarkan ke teman-teman artis. Giselle, Pasha Ungu, Nikita Willy. Mereka posting (Imago di IG), dan akhirnya virallah Imago ini,” ungkap Henry.

Mendapat banyak pelanggan dari kalangan selebritas, perlahan bisnis Henry pun mulai kembali bangkit. Saat ini, Henry bisa mencatatkan omzet hingga Rp50 juta per bulan. Menjelang hari-hari besar seperti Lebaran dan Natal, omzetnya bahkan bisa naik hingga lima kali lipat.

“Sekarang itu fluktuatif. Kadang ada bulan sepi, kadang ada bulan ramai. Range-nya sekitar Rp50-70 juta. Sepi sekitar Rp40-50-an juta, biasanya di Januari. Kalau lagi ramai seperti Lebaran dan Natal (omzetnya) bisa mencapai Rp250 juta sebulan,” beber ayah satu anak ini.

Rambah Mancanegara

Digitalisasi memang menjadi peluang baru bagi UMKM untuk mengakses pasar nasional dan internasional. Pangsa pasar untuk UMKM sendiri masih sangat besar karena kontribusi UMKM pada ekspor nasional baru mencapai 14 persen.

Bisnis Imago Raw Honey merupakan contoh UMKM yang terbilang sukses masuk ke pasar internasional. Imago mulai merambah mancanegara pada tahun 2022 ke Amerika Serikat dan Singapura. Bahkan tahun ini Imago berencana masuk ke pasar salah satu negara di Eropa.

“Untuk USA via diaspora melalui pameran di Texas, ini masih proses penjajakan. Ke Singapura sendiri sedang proses penjajakan harga. Proses pengiriman dan lain-lain dimulai 2022 juga,” ungkap Henry.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: