Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

ESDM Apresiasai Langkah Rekind yang Mampu Bereskan Proyek-proyek Tersulit Meski Dihadapkan Masalah Finansial

ESDM Apresiasai Langkah Rekind yang Mampu Bereskan Proyek-proyek Tersulit Meski Dihadapkan Masalah Finansial Kredit Foto: Kementerian ESDM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), melalui Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi, Triharyo Indrawan Soesilo mengacungi jempol atau  mengapresiasi kinerja teknis PT Rekayasa Industri (Rekind), terutama dalam membangun, mengembangkan dan menyelesaikan empat proyek besar yang dikenal memiliki tingkat kesulitan tinggi. 

Keempat proyek tersebut adalah Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Rantau Dedap, Proyek OSBL Revamping Outside Batttery Limit (OSBL) Aromatic TPPI,  Kilang RDMP Balongan dan Jambaran Tiung Biru. “Dari kemampuan teknis saya menyampaikan apresiasi dan mengucapkan selamat kepada seluruh jajaran Rekind karena saya mengikuti perkembangannya cukup detail proyek-proyek tersebut,” kata Hengky.

Tentu ini apresiasi yang membanggakan untuk Rekind. Sekalipun tengah dihadapkan pada tantangan masalah finansial yang cukup berat dan diterpa pandemi Covid 19, Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) itu tetap mampu menyuguhkan karya-karya terbaiknya di proyek yang ditugaskan dengan hasil terbaik. Ini merupakan bentuk komitmen Rekind untuk selalu menyelesaikan pekerjaan proyek dengn performa terbaik dalam kondisi apapun. Sepanjang sejarah berdirinya, belum pernah tercatat Rekind ‘mangkrak’ dari proyek yang dikerjakannya.

Baca Juga: Transisi Energi, Peran Rekind Dianggap Sangat Penting dan Vital

Sejak 25 Desember 2021, Rekind merampungkan pekerjaannya di Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Rantau Dedap dengan kapasitas  90,9 MW, di Muara Enim,  Sumatra Selatan.  

Menurut Hengky, untuk meraih penyelesaian pekerjaan di proyek ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena tidak sedikit tantangan berat yang dihadapi. Mulai dari lokasi proyek di atas pengunungan yang konsekwensinya sangat sulit untuk mengangkut material. Apalagi,  jalan menuju lokasi proyek rawan longsor, menanjak ekstrem dan berbatu. Selain itu, banyak pekerja terpapar Covid 19.  Di lokasi proyek sendiri temperatur suhu cukup rendah, di samping ancaman binatang liar/buas terhadap pekerja.

Melalui pengerjaan OSBL Revamping Aromatic milik PT Trans –Pacific Petrochemical Indotama (TPPI),  Rekind juga mengukir prestasi membanggakan. Upaya yang dilakukan ini, sebagai salah satu bukti keterlibatan Rekind dalam mendukung program pemerintah guna menurunkan impor produk turunan petrokimia.

Di proyek milik Anak Usaha PT Pertamina (Persero) itu, Rekind menggarap pembangunan EPC  5 unit tanki produk sejak 17 Juni 2020 dan diselesaikan pada Desember 2021.  Dalam proyek ini Rekind merupakan single entity (tidak berpartner) dan berperan sangat strategis untuk bidang EPC. 

Tangki yang dibangun  Rekind meliputi 3 unit Tangki Mogas dengan kapasitas masing-masing 40.000 meter kubik, dengan diameter mencapai 63.8 meter dan tinggi 14.95 meter. Kemudian, 1 unit Tangki Paraxylene dengan kapasitas 38.000 meter kubik, diameter 62 meter  dan tinggi 14.95 meter serta 1 unit Tangki Sweet Naphtha dengan kapasitas 15.200 meter kubik dengan diameter 39.3 meter dan tinggi 14.95 meter.  

Dijelaskan Hengky, fungsi dari 5 unit tanki yang dibangun Rekind ini tidak hanya mendukung keseluruhan proyek revamping aromatik, namun juga dapat meningkatkan fleksibilitas operasional kilang TPPI. Melalui proyek ini,  nantinya TPPI diharapkan bisa meningkatkan kapasitas produksi paraxylene dari 600 ribu menjadi 780 ribu ton setiap tahunnya dan juga meningkatkan kapasitas produksi Benzena dari 440 ribu menjadi 500 ribu ton per tahun.

Baca Juga: Rekind Kedepankan Peran TJSL Melalui Bantuan Bagi Korban Gempa Cianjur

Di Proyek Kilang RDMP Balongan, Rekind juga membubuhkan capaian kerja terbaik dan membanggakan. Di Proyek Strategis Nasional (PSN) ini, satu-satunya perusahaan EPC milik pemerintah itu mampu mewujudkan peningkatan kapasistas Kilang RDMP Balongan dari 125 ribu barel menjadi 150 ribu barel per hari.  

Salah satu komponen yang ditambahkan Rekind guna menaikkan kapasitas Kilang RDMP Balongan yakni Preflash Column yang memiliki ketinggian 27 meter, diameter 3,5 meter, dan berat 104, 2 ton.  Fungsinya sebagai pemisah crude menjadi fraksi ringan (Off gas dan Nafta) di bagian atas dan fraksi yang lebih berat ke bagian bawah dengan bantuan steam sebagai sumber energy.

“Kilang RDM Balongan Phase 1 ini pengerjaan tanpa orang asing. Saya juga kebetulan mendapat tugas di Kilang Pertamina Internasional (KPI) untuk memantau langsung pengerjaannya, sangat baik. Kami  mengucapkan terima kasih, Rekind mampu meningkatkan kapasitas Kilang Balongan,” kata alumnus ITB Jurusan Teknik Kimia Angkatan 1977 tersebut.  

Di Proyek Gas Processing Facility (GPF) Jambaran Tiung Biru (JTB),  Rekind merupakan satu-satunya Kontraktor Merah Putih yang menggantikan peran perusahaan EPC Asing. Di proyek ini Rekind mampu ‘bermanuver’ dengan melakukan perubahan desain, mulai dari Front End Engineering Design (FEED), Engineering, Procurement, Construction , and Commisioning (EPCC), hingga Start Up (pengaliran gas dari GPF menuju metering area untuk disalurkan ke pipa distribusi yang selanjutnya diterima oleh para buyers). 

Di Proyek Strategis Nasional itu, karya terbaik melalui pengembangan inovasi Rekind membuat JTB  menjadi salah satu penghasil gas terbesar di Indonesia. Dari target  172MMSCFD yang ditetapkan pemerintah, justru melalui kompetensi Rekind, JTB bisa menghasilkan sales gas sebesar 192MMSCFD. Artinya, ada selisih tambahan keuntungan untuk negara sebesar 20MMSCFD. Sedikit gambaran, 1 MMSCFD setara dengan kurang lebih 25 ribu liter BBM. Kalau 20 MMSCFD berarti ada sekitar 500 ribu liter per hari sebagai bentuk sumbangsih Rekind dalam meningkatkan pendapatan negara.

Keberhasilan ini bisa terwujud melalui pemilihan proses teknologi komposisi gas yang ada di sumur gas oleh Rekind. Pemilihan teknologi inilah yang menyebabkan gas bersih JTB itu lebih tinggi produksinya dibandingkan dengan teknologi yang sebelumnya.  Berlandaskan sejumlah kajian dan simulasi, Rekind kemudian memutuskan untuk menggunakan teknologi Selexol dan Separex Membarane (UOP) serta Cansolv (Shell) yang mampu memisahkan CO2, H2S dari feed gas sumur gas JTB.   Melalui teknologi inilah pemurnian  gas-nya sempurna sehingga produksinya itu jauh lebih besar.

Teknologi yang dikembangkan Rekind di Proyek JTB itu sangat sulit sekali. Mitra Rekind dalam pengerjaan proyek ini give up, karena memang teknologi yang dikembangkan disini sangat sulit sekali, terutama untuk menghilangkan kandugan sulfur yang sangat tinggi. Alhamdulilah gas nya sudah mengalir, Insya Allah full capacity dalam waktu yang tidak lama lagi. Ketiga proyek ini merupakan sebagian kecil karya-karya Rekind dalam kurun waktu perjalanannya selama 41 tahun menjadi perusahaan EPC nasional, ” ungkap Hengky meyakinkan. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: