Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mantan Presiden Rusia Bilang Sisa-sisa Kolonialisme Barat Mestinya Dilenyapkan

Mantan Presiden Rusia Bilang Sisa-sisa Kolonialisme Barat Mestinya Dilenyapkan Kredit Foto: Reuters/Sputnik/Valentin Yegorshin
Warta Ekonomi, Moskow -

Rusia siap membantu dunia menyingkirkan sisa-sisa masa lalu kolonialisme yang didominasi Barat, demikian pernyataan mantan presiden Dmitry Medvedev.

Medvedev berargumen bahwa sebagai negara yang "tidak pernah memiliki koloni," Rusia memiliki posisi yang tepat untuk mengambil bagian dalam proses ini.

Baca Juga: Bali Masih Seksi buat Turis Asing Nih, Bule Rusia Jadi yang Terbanyak Capai 22.104 Orang

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Senin (6/3/2023), Medvedev mengklaim bahwa "turbulensi geopolitik telah membuka abses masalah lama dunia kita."

Mantan presiden yang kini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia ini berpendapat bahwa "tumor ganas dari masa lalu kolonial" adalah masalah yang membutuhkan "operasi internasional".

Dia mencatat bahwa Uni Soviet memainkan peran utama dalam membongkar sistem kolonial pada abad ke-20.

"Kami, bersama dengan negara-negara lain, sekarang dapat menancapkan paku terakhir pada peti mati aspirasi neo-kolonialisme dunia Barat," kata Medvedev dalam tulisan tersebut, yang dimuat di situs web Partai Rusia Bersatu.

Sebagai contoh, mantan presiden tersebut mengutip keputusan Argentina untuk membatalkan kesepakatan tahun 2016 dengan Inggris sehubungan dengan kepulauan Falkland/Malvinas yang disengketakan di Atlantik Selatan, yang menjadi pusat konflik militer pada tahun 1982.

Pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri Argentina Santiago Cafiero mengatakan bahwa ia telah memberi tahu mitranya dari Inggris, James Cleverly, tentang langkah tersebut dalam sebuah pertemuan di New Delhi, India, di sela-sela KTT G20.

Buenos Aires telah mengusulkan untuk melanjutkan negosiasi mengenai masalah kedaulatan sesuai dengan mandat Majelis Umum PBB dan Komite Dekolonisasi badan dunia tersebut, jelas Cafiero.

Medvedev berpendapat bahwa keputusan untuk menunjukkan pintu kepada pasukan Prancis tahun lalu oleh dua negara bekas jajahan Prancis di Afrika, Republik Afrika Tengah dan Mali, juga sesuai dengan pola ini.

Namun, Medvedev menunjukkan bahwa masih ada sejumlah wilayah yang bergantung di seluruh dunia yang diperintah oleh kekuatan Barat seperti Inggris dan Prancis. Dia menyatakan skeptis bahwa negara-negara tersebut akan dengan sukarela melepaskan kendali atas sisa-sisa kerajaan mereka.

Karena semakin banyak negara yang "berhenti takut pada diktat Barat" dan mulai menegaskan kepentingan nasional mereka secara lebih aktif, bekas kekuatan kolonial pasti akan kehilangan cengkeraman mereka di wilayah yang pernah mereka anggap sebagai milik mereka, pungkasnya.

Menyusul dimulainya kampanye militer Rusia terhadap Ukraina Februari lalu dan di tengah konfrontasi sengit dengan Barat, para pejabat tinggi Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin, semakin menganjurkan pembentukan "dunia multipolar" yang tidak berpusat pada keinginan satu negara adidaya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: