Bidik Kursinya Jokowi, Gerakan Politik Identitas Tak Dipermasalahkan Anies Baswedan Lagi: Intinya, Rekam Jejak
Eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan buka-bukaan terkait dengan pandangannya akan penggunaan politik identitas dalam pesta demokrasi di Indonesia.
Dirinya mengatakan hal tersebut tak akan bisa dihindari, seperti halnya keterbelahan saat pesta demokrasi.
Baca Juga: Klaim Surabaya Maju Lewat Kader PDIP, Hasto Sentil Soal Kunjungan Anies Baswedan: Dia Akan Sadar...
Mantan menteri pendidikan ini beralasan setiap calon yang bersaing selalu punya identitas yang melekat pada dirinya.
Contohnya, jika kandidat berbeda jenis kelamin, satu laki-laki dan satu perempuan, maka isu gender akan mendominasi pembicaraan. Itu bisa menjadi faktor keterbelahan.
"Politik identitas itu adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Misalnya yang bersaing laki-laki dan perempuan maka disitu identitas gender," tutur Anies.
Dan kemudian jika calon berasal dai kelompok etnis berbeda, maka faktor etnis dapat menjadi faktor keterbelahan.
Jangankan Pemilu, hal sama terjadi saat referendum. Ia mencontohkan saat penentuan Britania Raya apakah akan keluar dari Uni Eropa atau tidak.
"Dan bahkan ketika Anda mengadakan referendum di mana tidak ada orang untuk dipilih. Tidak ada keterlibatan isu agama, tetap bisa jadi pembelahan. Misalnya Brexlit, terjadi keterbelahan di sana. Tidak ada kandidat, tidak ada agama, tidak ada aliran kepercayaan dalam referendum tersebut," terangnya.
Sama saja jika ada calon muslim dan calon Kristen, maka isu agama jadi perhitungan. Mantan Rektor Universitas Paramadina itu tentang apa yang terjadi pada Pilkada DKI 2017. Kala itu yang bersaing adalah paslon dengan background perbedaan agama dan etnis.
Anies duet dengan Sandiaga Uno. Sementara Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bertandem dengan Politisi PDIP Djarot Saiful Hidayat.
Baca Juga: WNI di Luar Negeri Ternyata Banyak yang Dukung Anies Baswedan, Alasannya di Luar Dugaan…
Tidak sampai di situ, Beverley terus mencecar Anies dengan pertanyaan soal politik identitas. Ia menanyakan, bagaimana politik identitas bisa digunakan tanpa berdampak buruk.
Anies pun melanjutkan penjelasannya. Ia bilang, di setiap Pemilu, setiap kubu selalu melabeli kubu lainnya.
Namun sejak 2017, ia mengaku telah menyelesaikan masa jabatannya setelah dinyatakan menang. Sepanjang itu, tak juga mengkonfrontasi pelabelan dimaksud.
"Karena saya tidak ingin membalas pernyataan dengan pernyataan. Jadi yang saya lakukan adalah, saya bekerja lima tahun di Jakarta. Dan benar-benar memberikan kesempatan yang sama, memberi perlakuan yang sama pada kelompok agama apapun," paparnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang telah diusung oleh tiga Partai Politik ini mengatakan, menjawab politik identitas yang diidentikkan dengan dirinya, bisa dilihat dari rekam jejak. Bukan asumsi.
"Dan nyatanya, kami menciptakan rasa stabilitas. Rasa damai di Jakarta dan sekarang semuanya sudah selesai. Jadi saya mengundang semua orang untuk menilai saya bukan berdasarkan asumsi tapi berdasarkan jejak," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement