Hadapi Ketidakpastian Global, Bank Sentral Filipina Nilai Perlu adaptasi kebijakan yang Cepat
Pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut dengan risiko global yang meningkat memberikan tantangan pada jalur pemulihan ekonomi. Eskalasi konflik geopolitik, serta pengetatan moneter yang agresif sebagai respons terhadap tekanan inflasi yang tinggi telah menyebabkan melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi global dan mulai munculnya tantangan stabilitas perbankan.
Selain itu, pasar keuangan global yang bergejolak dapat berdampak negatif terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta dapat mengganggu pemulihan ekonomi. Baca Juga: Dorong Pemulihan, BI Ajak Bank Sentral ASEAN Perkuat Koordinasi Kebijakan
Merespon hal tersebut, Gubernur Bank Sentral Filipina (Banko Sentral ng Pilipinas/BSP), Felipe M. Medalla menyampaikan, perlunya adaptasi kebijakan yang cepat.
"Inflasi tetap menjadi sasaran utama dan karenanya BSP telah menerapkan kebijakan moneter yang cukup agresif. BSP juga mengedepankan digitalisasi sistem pembayaran sebagai jalan menuju keuangan inklusif dan pertumbuhan yang kuat dan inklusif," ujar Felipe dalam dalam Gala Seminar: Enhancing Policy Calibration for Macro-Financial Resilience, diselenggarakan Bank Indonesia (BI), di Nusa Dua, Bali, Rabu (29/3/2023).
Lebih lanjut, katanya, BSP menerapkan strategi kebijakan moneter dengan instrumen yang beragam dan menjaga ketahanan sektor perbankan untuk meningkatkan resiliensi dalam rangka mengatasi tantangan global yang meningkat.
Sementara itu, Gubernur BI, Perry Warjiyo menekankan pentingnya otoritas untuk merumuskan respons kebijakan yang pruden dan inovatif dalam rangka memitigasi risiko dari spillover effect global, sekaligus mempertahankan dukungan terhadap pemulihan ekonomi domestik yang sedang berlangsung.
"Kami menggarisbawahi pentingnya bauran kebijakan BI yang meliputi kebijakan moneter untuk stabilitas makroekonomi agar inflasi terjaga, kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk menunjang pertumbuhan dengan menyeimbangkan intermediasi serta ketahanan sektor keuangan dan kebijakan sistem pembayaran untuk mengakselerasi ekonomi dan keuangan digital," tuturnya. Baca Juga: Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral se-ASEAN Kumpul di Bali, Bahas Apa?
Sebagaimana diketahui, negara ASEAN yang berkarakteristik ekonomi kecil terbuka dinilai rentan terhadap dampak guncangan global itu. Hal ini apabila tidak diantisipasi dapat meningkatkan risiko krisis.
Formulasi dan kalibrasi kebijakan menjadi krusial untuk mendukung peran ASEAN bagi pemulihan ekonomi global. Hal ini menjadi referensi penting bagi anggota ASEAN untuk mencapai sejumlah sasaran makroekonomi sekaligus.
Untuk mendukung implementasi pendekatan kebijakan itu, IMF dan BIS telah menelaah pendekatan kebijakan agar lebih efektif melalui penelitian, kerangka konseptual dan model ekonomi yang disusun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement