Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika Zionis Israel Renggut Kebahagiaan Ramadan Anak-anak Palestina, Miris!

Ketika Zionis Israel Renggut Kebahagiaan Ramadan Anak-anak Palestina, Miris! Kredit Foto: Antara/Suwandy

Ketakutan anak Palestina

Sementara, anak-anak Palestina mengalami ketakutan dan kecemasan akibat kekuatan berlebihan yang digunakan oleh pasukan Israel terhadap warga sipil selama serangan ke wilayah Palestina, belakangan. Gerakan Pembela Anak Internasional Palestina (DCIP) telah mendokumentasikan kesaksian anak-anak muda di Jenin yang mengalami trauma akibat aksi militer.

Dalam laporannya, Gerakan Pembela Anak Internasional Palestina mengatakan, kekerasan oleh pasukan Israel melanggar hak hidup 17 anak sejak awal tahun. Kekerasan tersebut juga telah berdampak signifikan pada anak-anak lain.

Kekerasan telah termanifestasi dalam perilaku, pemikiran, dan capaian akademis anak-anak Palestina. Kekerasan juga telah melanggar hak anak-anak yang dijamin oleh hukum internasional, serta mengancam keamanan psikologis dan sosial mereka.

Di antara 17 anak yang gugur sejak awal tahun ini, enam diantaranya berasal dari Jenin. Anak-anak telah digunakan sebagai perisai manusia. Mereka ditahan selama berjam-jam di rumah mereka yang digunakan sebagai barak militer dan penembak jitu. Bahkan rumah-rumah mereka dijadikan titik pengamatan selama penyerbuan. 

Direktur DCIP, Khaled Quzmar, mengatakan, penggunaan kekuatan berlebihan tentara Israel telah membuat anak-anak Palestina tidak memiliki rasa aman. Mereka juga mempunyai rasa tidak percaya diri di masa depan.

“Anak-anak hidup dalam situasi tanpa harapan.  Misalnya, seorang anak ditemukan di kamp Dheisheh berjalan-jalan dengan surat wasiatnya tertulis di selembar kertas di sakunya, karena dia takut berada di tempat yang salah pada waktu yang salah dan mungkin terbunuh," ujar Quzmar, dilaporkan Arab News, Kamis (30/3/2023).

Quzmar mengatakan, 17 anak yang dibunuh oleh tentara Israel tidak menimbulkan ancaman keamanan apapun bagi tentara. Mereka gugur saat menjalankan kegiatan sehari-hari.

Quzmar menambahkan, ketika seorang anak kembali ke kelasnya dan menemukan karangan bunga di tempat teman sekelasnya dibunuh oleh tentara Israel, itu meninggalkan bekas psikologis yang dalam pada mereka. Dia mengatakan, anak-anak Palestina di wilayah aksi militer berulang kali, seperti kamp Jenin dan kamp pengungsi Dheisheh dekat Bethlehem, membutuhkan sesi dukungan psikologis karena hidup menjadi tidak berharga bagi mereka.

Seorang anak berusia 17 tahun menyaksikan temannya terbunuh oleh tembakan pasukan Israel. Kematian temannya itu membuat remaja tersebut terpukul.

"Ketika rekan saya Mahmoud Al-Saadi, dan saya sedang menuju ke sekolah di pagi hari, tentara Israel menyerbu kamp dan mulai menembak dari segala arah. Dia terbunuh. Kami berencana bersama untuk lulus dari sekolah, kuliah, dan belajar bersama, tetapi semua itu hancur berantakan," ujar remaja yang tidak disebutkan namanya.

Kesaksian lain dari seorang anak berusia 16 tahun mengatakan, penggerebekan pasukan pendudukan Israel ke kamp telah menjadi rutinitas. “Tentara masuk kapan saja, jadi saya tidak bisa lagi keluar rumah.  Saya takut dengan penggerebekan tentara saat saya berada di luar rumah," ujarnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: