Daripada Jadi Cawapres jika PDIP Bergabung, Prabowo Disarankan Bikin Koalisi Sendiri
Ketum Gerindra, Prabowo Subianto, diminta membangun koalisi sendiri agar dapat maju sebagai calon presiden (capres). Pasalnya, kemungkinan masuknya PDIP dalam koalisi besar yang sedang dijajaki Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) akan berdampak pada jatah capres.
PDIP diketahui ingin mengusung calon presiden dari kadernya sendiri. Karenanya, Prabowo disarankan membuat koalisi sendiri daripada harus menjadi cawapres dalam koalisi besar karena PDIP kemungkinan akan tetap memaksakan posisi capres dari internal mereka.
Baca Juga: April 2023, Elektabilitas PDIP Makin Merosot
"Pertama, koalisi tidak menjadi keharusan bagi Gerindra jika tidak terusung sebagai capres, Prabowo lebih baik bangun koalisi tanpa PDIP, mengingat koalisi besar tidak menjamin kemenangan," ujar pengamat politik Dedi Kurnia Syah kepada Republika belum lama ini, dikutip Senin (10/4/2023).
Dedi mengatakan, tren kemenangan di pilpres lebih banyak dipengaruhi faktor ketokohan, bukan seberapa besar koalisi. Sementara itu, Prabowo, kata Dedi, memiliki modal keterpilihan yang baik tanpa harus ada sokongan dari PDIP.
Begitu juga PDIP, kata dia, sudah benar dengan memastikan akan mengusung capres kadernya sendiri jika bergabung koalisi. Ini karena PDIP sebagai partai pemenang Pemilu 2019 lalu dan juga memiliki kader potensial.
"Sehingga, cukup mengganggu malah PDIP jika harus duduk di cawapres. Andai pun itu terjadi, dipastikan posisi cawapres milik Puan Maharani, bukan Ganjar," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini.
Karena itu, Dedi menilai, secara struktur, akan sulit koalisi besar ini menyertakan PDIP dan Gerindra dalam satu koalisi saat ini jika keduanya hendak mengusung capres dari kadernya sendiri. Selain itu, dia menilai koalisi besar lebih terlihat sebagai ambisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) daripada ambisi para partai yang berencana bergabung.
"Jika lebih banyak Jokowi yang bermanuver, ini pun bisa bermasalah dengan PDIP karena Jokowi bisa saja akan meredupkan ketokohan Megawati sebagai pengatur taktik politik koalisi," ujarnya.
Prabowo menanggapi soal kemungkinan dirinya diusung menjadi capres oleh koalisi besar. Hal itu disampaikan Prabowo seusai bertemu Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau Zulhas di kediamannya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan.
Awak media awalnya bertanya apakah pertemuan ini berarti bentuk dukungan dari PAN agar Prabowo jadi capres koalisi besar dan mengajak partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) untuk turut mendukung menteri pertahanan itu. KIB yang berisikan PAN, Golkar, dan PPP diwacanakan akan bergabung membentuk koalisi besar dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang terdiri atas Gerindra dan PKB.
Adapun PAN pernah mendukung Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2019. Prabowo pun mempersilakan awak media menafsirkan pertemuannya dengan Ketum PAN sebagai bentuk dukungan di Pilpres 2024. "Kalau kesimpulan Anda seperti itu, ya, kira-kira," ucap Prabowo menjawab pertanyaan tersebut sembari tertawa.
Baca Juga: Gerindra Klaim Sudah Ada Tiga Parpol Mendukung Prabowo Subianto: 'Jangan Jumawa, Tetap Kerja Keras!'
Prabowo pun merespons tentang PDIP yang meminta agar kadernya dijadikan capres apabila partai berlambang banteng moncong putih itu bergabung dengan koalisi besar. "Ini kan proses (pembentukan koalisi besar)," kata Prabowo.
Seusai pertemuan itu, baik Zulhas maupun Prabowo belum menyatakan bahwa koalisi besar tersebut sah terbentuk. Mereka menyebut bahwa akan terus berkomunikasi untuk mencari format koalisi besar ini. "Jadi ini kan bicara proses. Pembicaraan tentu nanti berkunjung juga ke PDIP, nanti juga Koalisi Indonesia Bersatu bertemu dengan Gerindra," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait:
Advertisement