Pengamat intelijen dan pertahanan Ngasiman Djoyonegoro menilai kebijakan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menerapkan siaga tempur pada beberapa daerah di Papua yang dianggap rawan aksi teror kelompok kriminal bersenjata merupakan langkah yang tepat.
“Status siaga tempur sudah seharusnya dilakukan oleh TNI mengingat tim gabungan TNI diserang bukan dalam keadaan siaga perang,” ujar Simon, sapaan akrab Ngasiman, dikonfirmasi ANTARA dari Jakarta, Selasa.
Simon mengatakan bahwa penyerangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) terhadap pasukan TNI berlangsung ketika pasukan TNI sedang menyisir daerah Mugi, Nduga, Papua, untuk mencari pilot Susi Air Phillip Mehrtens yang disandera KKB sejak Februari 2023.
"Melihat situasi tersebut, penyerangan ini direncanakan oleh KKB. Dalam konteks pertahanan TNI, itu dapat diartikan sebagai ultimatum perang," ucapnya.
Sementara, tutur Simon melanjutkan, dalam konteks terorisme maka tindakan penyerangan oleh KKB telah menimbulkan rasa tidak aman dan ancaman. Oleh karena itu, ia sepakat apabila TNI menerapkan siaga tempur.
"TNI harus benar-benar mempersiapkan diri dan memperhitungkan dengan matang setelah menetapkan status siaga tempur," kata Simon.
Ia menambahkan TNI juga harus memperhatikan konsekuensi terhadap geopolitik dan pendekatan lain yang telah dilakukan oleh pemerintah.
"Artinya, TNI harus terus berkoordinasi dengan stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya dalam rangka melakukan operasi dalam status siaga tempur ini," kata Simon.
Sebelumnya, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono pada Selasa, menyatakan bahwa TNI meningkatkan operasi militer yang mulanya menggunakan pendekatan halus menjadi operasi siaga tempur pada beberapa daerah di Papua yang dianggap rawan aksi teror kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Advertisement