Kisah Pengrajin Ukir dan Penjual Canang Pejati di Klungkung Omzet Naik Setelah Terima Bantuan PENA
Bantuan Kementerian Sosial sangat mendukung usaha I Putu Dedy Aryawan. Omset pengrajin ukir di Klungkung itu, kini terus merangkak naik.
Melalui program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) yang dikembangkan oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini, pria 43 tahun itu mendapatkan bantuan peralatan. Seperti mesin gijig, alat bor, dan pisau ukir. Dengan peralatan ini, Dedy bisa menyelesaikan rangkaian pekerjaannya secara mandiri.
“Dulu, ini tyang (saya) serahkan orang lain karena belum punya alat. Makan waktu dan menghambat pekerjaan. Kerena harus antri. Perlu biaya transportasi juga, dan hasil yang didapatkan pun tidak sesuai yang diharapkan. Belum lagi pandemi Covid 19 juga menambah beban, “ kata Dedy dalam siaran pers Kemensos, Senin (24/4/2023).
Baca Juga: Ditangani Risma, Kemensos Sukses Masuk Sepuluh Kementerian Terbaik se-Indonesia!
Berkat bantuan Kemensos, kini pekerjaannya makin lancar. Omset pengerjaan ukiran kayu per hari mencapai Rp75.000-Rp100.000. Kalau rame, bisa lebih besar lagi.
“Harga jual ukiran tergantung dari detail ukiran yang dibuat, semakin simpel ukirannya harganya semakin murah,” katanya. Ukiran kayu yang dihargai oleh Dedy ada yang berkisar Rp250.000–Rp300.000, itu untuk ongkos ukirannya saja, belum termasuk jasa pengecatannya.
“Motif ukiran kayu yang paling sulit adalah motif petruk tunggal,” kata warga Dusun Baleagung, Desa Bungbungan, Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung, Provinsi Bali ini.
Dedy membuat ukiran kayu berdasarkan pesanan. Biasanya ukiran kayu yang dibuat ini digunakan untuk pura, rumah, dan lain-lain. Untuk kayunya sendiri sudah dibawakan oleh pemesan, jadi Dedy tinggal membuat motif ukirnya.
Pembuatan ukiran kayunya pun dikerjakan sendiri, didesain sendiri, dengan lama waktu pengerjaan sekitar 1,5 – 3 hari tergantung besar kecilnya kayu dan motif ukiran yang dibuat.
Kemampuan membuat ukiran kayu ini didapatkan Dedy dari belajar autodidak, selain memang sudah tradisi turun-temurun karena Desa Bungbungan ini sendiri merupakan desa yang terkenal dengan hasil ukirannya.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Bahlil Lahadalia, Dari Penjual Kue, Sopir Angkot Hingga Menteri Investasi
Dedy sendiri terjun menjadi pengrajin ukiran kayu sejak tahun 2012. Dulu, Dedy mengambil pesanannya di tempat lain yaitu di Desa Jehem, selain di Desa Bungbungan. Proses pembuatan ukiran, dijelaskan oleh Dedy, yaitu dengan menggambar motif terlebih dahulu, kemudian dibolongi dengan mesin gijig, setelah selesai ukiran kayu dikirim ke pemesan.
Selain Dedy, penerima manfaat program PENA selanjutnya adalah Nengah Suyasa. Warga Kelurahan Semarapura Tengah, Kab. Klungkung ini merasakan manfaat bantuan PENA.
Sebelum mendapat bantuan dari Kemensos, penghasilan Suyasa tidak menentu tergantung dari orderan pembeli dan hari raya agama Hindu. Katanya, dulu omset per hari Rp 50.000, bahkan saat orderan sepi sekali pernah hanya mendapat Rp 25.000. Saat Hari Raya Agama Hindu, Suyasa bisa membawa pulang uang sebesar Rp 75.000-Rp 100.000.
Namun dengan bantuan PENA, omset penjualan per harinya bisa mencapai Rp 75.000 di hari biasa dan Rp 100.000 – Rp 150.000 di hari raya agama Hindu. Tyang juga bisa membuat canang pejati lebih bagus lagi dan lebih banyak jumlahnya,” kata Suyasa.
Pria 67 tahun, itu memulai usaha sejak tahun 2009. Suyasa menjual kerajinan berupa canang senilai Rp 45.000 (terdiri dari 3 paket) dan pejati senilai Rp 22.000 per buah. Harga ini juga menyesuaikan harga di pasar. Canang Pejati ini dibuat Suyasa berdasarkan orderan dari pelanggan. Canang pejati ini per harinya dibuat sebanyak 10 buah, kadang-kadang mencapai 15 buah, bahkan sering juga mencapai 25 buah.
Setiap hari Suyasa berjualan Canang Pejati ini di pasar dari jam 04.00 sampai jam 13.00 dan dilanjutkan sore harinya berjualan di depan rumah. Canang Pejati ini dibuat tiap hari secara rutin, tetapi kalau untuk pesanan berbeda lagi pembuatannya. Jumlahnya pun bervariasi antara 50 -100 paket. Pengerjaan Canang Pejati dilakukan Suyasa di rumah dibantu oleh anak dan istri.
“Canang Pejati dibuat setiap hari karena tidak bisa di stok, harus fresh, dan bahan-bahannya sendiri memang mudah layu. Bahan-bahan yang digunakan seperti telur bebek, beras, rengginang, ketupat, tumpeng, daun pandan, bunga kamboja, bunga pacar air, bunga gumitir, bunga kenanga, bunga kembang seribu, jeruk, pisang, dll,” katanya.
PENA merupakan program pemberdayaan untuk keluarga prasejahtera yang diadopsi dari program Pahlawan Ekonomi semasa Menteri Sosial Tri Rismaharini menjabat sebagai Walikota Surabaya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement