Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Janet Yellen: Gagal Bayar Utang Amerika Bakal Picu 'Bencana Ekonomi'

Janet Yellen: Gagal Bayar Utang Amerika Bakal Picu 'Bencana Ekonomi' Kredit Foto: Reuters/Jonathan Ernst
Warta Ekonomi, Washington -

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen pada Selasa (24/4/2023) memperingatkan bahwa kegagalan Kongres untuk menaikkan pagu utang pemerintah dan default yang diakibatkannya akan memicu "bencana ekonomi" yang akan membuat suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang.

Yellen, dalam sambutannya yang dipersiapkan untuk sebuah acara di Washington dengan para eksekutif bisnis dari California, mengatakan bahwa gagal bayar utang AS akan mengakibatkan hilangnya pekerjaan, sementara mendorong pembayaran rumah tangga untuk hipotek, kredit mobil dan kartu kredit menjadi lebih tinggi.

Baca Juga: Mengapa Hampir Semua Negara Disebut Alami Inflasi, Catatan Bank Dunia Mengejutkan

Dia mengatakan bahwa adalah "tanggung jawab dasar" Kongres untuk meningkatkan atau menangguhkan batas pinjaman sebesar $31,4 triliun, dan memperingatkan bahwa gagal bayar akan mengancam kemajuan ekonomi yang telah dicapai AS sejak pandemi COVID-19.

"Gagal bayar utang kita akan menghasilkan bencana ekonomi dan keuangan," kata Yellen kepada para anggota Kamar Dagang Metropolitan Sacramento.

"Gagal bayar akan meningkatkan biaya pinjaman untuk selamanya. Investasi di masa depan akan menjadi jauh lebih mahal," imbuhnya.

Jika pagu utang tidak dinaikkan, bisnis AS akan menghadapi pasar kredit yang memburuk, dan pemerintah kemungkinan tidak akan dapat memberikan pembayaran kepada keluarga militer dan manula yang bergantung pada Jaminan Sosial, katanya.

"Kongres harus memilih untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang. Mereka harus melakukannya tanpa syarat. Dan tidak boleh menunggu sampai menit terakhir," tambahnya.

Yellen mengatakan kepada anggota parlemen pada bulan Januari bahwa pemerintah dapat membayar tagihannya hanya sampai awal Juni tanpa meningkatkan batas, yang dicapai pemerintah pada bulan Januari.

Tidak seperti kebanyakan negara maju lainnya, AS memberikan batasan yang ketat pada berapa banyak yang dapat dipinjam. Karena pemerintah membelanjakan lebih banyak daripada yang diterima, anggota parlemen harus secara berkala menaikkan pagu utang.

Kevin McCarthy, pemimpin Dewan Perwakilan Rakyat yang dikuasai oleh Partai Republik, minggu lalu mengajukan sebuah rencana yang akan mengombinasikan pemotongan belanja sebesar $4,5 triliun dengan kenaikan pagu utang sebesar $1,5 triliun, dan menyebutnya sebagai dasar untuk negosiasi dalam beberapa minggu ke depan.

Gedung Putih bersikeras bahwa kedua isu tersebut tidak boleh dikaitkan, dan Senat yang dikuasai oleh Partai Demokrat kemungkinan besar akan menolak proposal tersebut.

Pasar keuangan semakin khawatir dengan kebuntuan ini, membuat biaya asuransi eksposur utang AS naik ke level tertinggi dalam satu dekade terakhir, dan para analis keuangan memperingatkan akan meningkatnya risiko gagal bayar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: