Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sebut Wabah Ini, WHO Ketar-ketir Kematian di Sudan Terus Meroket

Sebut Wabah Ini, WHO Ketar-ketir Kematian di Sudan Terus Meroket Kredit Foto: Reuters/Denis Balibouse
Warta Ekonomi, Jenewa -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan akan ada lebih banyak lagi kematian di Sudan akibat wabah penyakit dan kurangnya layanan-layanan penting di tengah-tengah pertempuran.

"Selain jumlah kematian dan luka-luka yang disebabkan oleh konflik itu sendiri, WHO memperkirakan akan ada lebih banyak lagi kematian akibat wabah, kurangnya akses terhadap makanan dan air, serta gangguan pada layanan kesehatan esensial, termasuk imunisasi," ujar direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Rabu (26/4/2023).

Baca Juga: Bus Evakuasi Para WNI dari Sudan Kecelakaan, Mohon Doanya

Dilansir Reuters, Tedros menambahkan bahwa hanya 16% fasilitas kesehatan yang berfungsi di ibu kota Sudan.

"WHO memperkirakan bahwa seperempat dari nyawa yang hilang sejauh ini dapat diselamatkan dengan akses terhadap pengendalian perdarahan dasar. Namun paramedis, perawat dan dokter tidak dapat mengakses warga sipil yang terluka, dan warga sipil tidak dapat mengakses layanan," 

Badan kesehatan PBB sedang melakukan penilaian risiko untuk menentukan apakah penyitaan laboratorium di Khartoum yang menampung patogen merupakan risiko bagi kesehatan masyarakat.

"Ketika pekerja laboratorium dipaksa meninggalkan laboratorium dan orang-orang yang tidak terlatih memasuki laboratorium itu, selalu ada risiko, tetapi risiko utamanya adalah pada individu-individu yang secara tidak sengaja terpapar patogen," kata Mike Ryan, kepala program kedaruratan kesehatan WHO.

Namun, ketiadaan air bersih dan vaksin, serta masalah sanitasi lainnya, merupakan risiko utama bagi warga Sudan, tambahnya.

Pertempuran antara tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) sejak pertengahan April telah menewaskan sedikitnya 459 orang dan melukai lebih dari 4.000 orang, menurut WHO.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: