Tahanan Palestina Terkenal dengan Mogok Makannya Meninggal di Penjara Israel
Seorang tahanan Palestina yang terkenal meninggal dalam tahanan Israel pada Selasa (2/5/2023) setelah melakukan mogok makan selama hampir tiga bulan, kata dinas penjara Israel. Kematiannya memicu protes di Tepi Barat dan pertempuran lintas batas antara militan Gaza dan militer Israel.
Kematian Khader Adnan juga menarik perhatian pada taktik mogok makan yang digunakan oleh para tahanan di seluruh dunia, namun dianggap sebagai alat yang sangat penting bagi warga Palestina yang ditahan oleh Israel dengan sedikit cara lain yang mereka miliki.
Baca Juga: Badan Pengungsi PBB untuk Palestina Desak Para Pekerja Tepi Barat Setop Mogok Kerja
Adnan (45 tahun), seorang pemimpin kelompok militan Jihad Islam, membantu memperkenalkan praktik mogok makan yang berkepanjangan oleh para tahanan sebagai bentuk protes.
Para tahanan Palestina sebagian besar menggunakan aksi mogok makan untuk menentang penahanan administratif, sebuah taktik yang kontroversial dimana lebih dari 1.000 orang Palestina dan beberapa orang Israel saat ini ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan.
Adnan pertama kali menjadi berita utama internasional dan menginspirasi protes solidaritas lebih dari satu dekade yang lalu, ketika ia melakukan mogok makan selama 66 hari untuk menentang penahanan administratifnya.
Hal ini mendorong ratusan tahanan lainnya untuk bergabung dalam aksi mogok makan, yang berakhir dengan kesepakatan pembebasannya. Dia kemudian ditangkap lagi.
Melalui seluruh lapisan masyarakat Palestina dari kamp-kamp pengungsi yang kumuh di Gaza hingga para pengusaha kaya di Tepi Barat para tahanan Palestina yang berada dalam tahanan Israel dirayakan sebagai pahlawan nasional. Israel menganggap para tahanan Palestina sebagai teroris.
Adnan, yang ditangkap belasan kali dan menghabiskan hampir seperlima hidupnya di penjara Israel, menjadi simbol perlawanan Palestina yang kuat terhadap pendudukan Israel, yang kini telah memasuki tahun ke-56.
Penggunaan mogok makan sebagai alat tawar-menawar terhadap pihak berwenang Israel untuk memotivasi banyak orang Palestina lain yang putus asa dalam tahanan administratif untuk menolak makanan. Selama dua kali mogok makan pada tahun 2015 dan 2018 yang masing-masing berlangsung selama 56 dan 58 hari.
Layanan penjara Israel mengatakan Adnan telah didakwa atas "keterlibatan dalam kegiatan teroris" setelah penangkapannya pada bulan Februari. Pekan lalu, pengadilan militer Israel menolak pembebasan dengan jaminan. Sidang bandingnya berulang kali ditunda.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement