Luhut Binsar Pandjaitan Datangi Surya Paloh dan Tawarkan Nama-nama Cawapres, Ini Responsnya…
Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh dan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan baru-baru ini menggelar pertemuan.
Dalam pertemuan tersebut, Paloh menitipkan pesan kepada Luhut agar Presiden Joko Widodo tidak menunjukan sikap meng-endorse figur calon presiden (capres) tertentu.
Menanggapi salah satu bahasan pertemuan kedua elit politik di Tanah Air tersebut, Komunikolog Indonesia, Emrus Sihombing menilai, Paloh berhasil menang telak jika dilihat dari aspek komunikasi politik. Paloh memanen untung jika dilihat dari perspektif opini publik.
Baca Juga: 'Lord' Luhut Sampai Turun Gunung, Pengamat Sebut Hubungan Surya Paloh dan Jokowi Renggang
“Namun anehnya bisa jadi Luhut tidak merasa mengalami kerugian dari segi opini publik. Mengapa? Lalu siapa berpotensi rugi di ruang publik dari perjumpaan Paloh-Luhut? “ kata Emrus dalam keterangan persnya, Minggu (7/5/2023).
Bila disimak lebih lanjut, kata Emrus, makna tersirat dari pesan Paloh tersebut kepada Luhut membuat Jokowi berada di posisi rugi. Paling tidak jika dilihat dari penilaian publik.
Sebab, Paloh minta agar Jokowi setop endorse capres tertentu. Dari sudut pesan komunikasi tersebut, posisi Paloh seolah lebih di atas angin dibanding Jokowi.
Menurutnya, Paloh sangat pintar dan cerdik memanfaatkan momentum, mengemas serta melontarkan pesan komunikasi politik di tengah hiruk pikuk wacana pemasangan capres dan cawapres.
Sementara Luhut tampak tidak menduga bahwa Paloh meluncur pesan komunikasi seperti itu. Luhut terkesan tidak sigap menangkal pesan yang jitu dari Paloh.
“Pesan Paloh tersebut bisa dimaknai sebagai kekecewaannya kepada Jokowi, sekalipun ada tiga menteri kabinet Jokowi dari Nasdem. Karena itu, Paloh bisa memenangkan opini publik dari perjumpaannya dengan Luhut,” ujarnya.
Baca Juga: Surya Paloh Kembali Bertemu Luhut Binsar Pandjaitan, Coba Khianati Koalisi Perubahan?
Namun, opini publik yang dibangun Paloh bisa saja termentah jika Luhut mengemukakan bahwa Jokowi berperan sebagai warga negara dan kader parpol dalam mendukung salah satu capres. Dengan demikian, pertemuan Paloh-Luhut bisa seimbang.
Konsep status dan peran yang dikemukakan Luhut harus kuat landasan ilmiahnya. Sebab jika dilihat dari aspek sosiologi, setiap manusia memiliki multi status. Maka otomatis, manusia juga memiliki multi peran.
“Setiap orang harus berperan sesuai statusnya saat tertentu. Jika seseorang bertindak tidak sejalan dengan statusnya saat itu, dipastikan terjadi disorder sosial (kekacauan sosial),” ujar Emrus.
Salah satu isi percakapan Paloh dan Luhut diungkap oleh Ketua DPP Partai Nasdem Sugeng Suparwoto.
“Pak Surya juga mengingatkan kalau kayak begini ada sebuah situasi yang menjadi tidak berimbang, dalam image bahwa seolah-olah misalnya pemerintah atau Presiden yang berpihak pada calon tertentu,” ujar Sugeng di Sekretariat Perubahan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (5/5/2023).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty
Tag Terkait:
Advertisement