Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Disebut Gagal Jadi Negarawan karena Terlalu Ikut Campur Urusan Pilpres, Demokrat Tak Lelah Ingatkan: Belajar dari Pak SBY

Jokowi Disebut Gagal Jadi Negarawan karena Terlalu Ikut Campur Urusan Pilpres, Demokrat Tak Lelah Ingatkan: Belajar dari Pak SBY Kredit Foto: Antara/Biropers Setpres-Laily Rachev
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai terlalu ikut campur urusan Pilpres 2024. Kritik tersebut diungkapkan Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani.

Ia menilai Jokowi belum paham menjadi negarawan. Kamhar pun meminta orang nomor satu di Indonesia itu belajar dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Baca Juga: Bisa Jadi Presiden karena Sikap SBY, Eks Wamenkumham Minta Jokowi Netral di Pilpres: Dulu Saya Ditegur karena Tunjukkan Dukungan untuk Anda!

"Kasak-kusuk Presiden Jokowi pada pengkondisian pencalonan pasangan tertentu dan upaya menjegal paslon yang tak dikehendaki menjadi tanda ia tak memiliki komitmen terhadap demokrasi dan jiwa politik kenegarawanan," kata Kamhar kepada wartawan, Selasa (9/5/2023).

Menurutnya, sejarah akan mencatat hal tersebut sebagai legacy yang buruk dalam perjalan demokrasi bangsa Indonesia pascareformasi.

Ia mengatakan, menjadi negarawan berarti menjadikan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara sebagai yang utama dan diutamakan. Bukan kepentingan golongan atau kelompok tertentu saja.

"Menjadi negarawan berarti menjadi petugas rakyat, bukan petugas partai. Seorang negarawan dan demokratis sejati senantiasa menjadikan daulat rakyat yang dipedomani dan dilayani, bukan daulat tuan," tuturnya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya mengingatkan kepada Jokowi untuk belajar dari SBY pada 2014 yang lalu, berhasil menjaga kualitas pemilu yang berlangsung secara demokratis.

"Tak kan lelah kami mengingatkan Pak Jokowi untuk belajar dari Pak SBY pada 2014 yang lalu, berhasil menjaga kualitas pemilu yang berlangsung secara demokratis. Alhamdulillah sukses tercatat dengan tinta emas dalam sejarah sebagai seorang negarawan dan demokratis sejati," pungkasnya.

PDIP Bantah

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, mengatakan, bahwa Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi tidak bertentangan atau tidak salah mengumpulkan enam ketua umum partai parlemen pendukung pemerintah di Istana beberapa waktu lalu.

Hal itu disampaikan Hasto menanggapi pernyataan beberapa pihak yang menganggap Jokowi terlalu cawe-cawe untuk urusan pencapresan sampai kepala negara mengundang enam ketua umum parpol.

"Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi ini sebagai suatu proses dialog yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip demokratis, mengingat rakyat, lah, yang menjadi pemegang kedaulatan tertinggi," kata Hasto ditemui di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Senin (8/5/2023).

Hasto menyampaikan, Jokowi sebenarnya berdialog soal tantangan bangsa ke depan dalam pertemuannya dengan enam ketum parpol dan pembicaraan hal itu tidak dilarang dalam negara demokratis.

"Jadi, yang disampaikan Presiden Jokowi pada pertemuan dengan enam ketua umum partai politik itu menyampaikan suatu tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa ini ke depan dan kemudian juga bagaimana tantangan dari aspek demografi, tantangan dari pertarungan hegemoni, bagaimana dengan pencapaian yang telah dilakukan oleh Bapak Presiden Jokowi," tuturnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, Jokowi tidak sama sekali menyinggung tentang politik praktis saat bertemu enam ketum parpol, termasuk upaya pemaksaan berkaitan pencapresan.

Baca Juga: Demokrat Minta Jokowi Nggak Usah Sibuk Ngurusin Capres: Belajarlah dari Pak SBY...

"Bukan upaya dalam tanda petik suatu pemaksaan konsolidasi partai politik yang menyampaikan gambaran tantangan, sehingga ini menciptakan suatu gambaran dari ketua umum partai politik terhadap apa tantangan yang dihadapi bangsa ini ke depan," tuturnya.

"Dan bagaimana apa yang sudah dicapai Presiden Jokowi dapat berkesinambungan ke depan, sehingga tidak ada suatu intervensi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi," sambungnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: