Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Celios: Transisi Energi di Indonesia Sarat Kontradiksi

Celios: Transisi Energi di Indonesia Sarat Kontradiksi Kredit Foto: Spiegel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peneliti Center of Economic and Law Research (Celios) Fiorentina Refani menilai komitmen transisi dari energi yang didominasi oleh bahan bakar fosil ke energi terbarukan di Indonesia saat ini masih sarat kontradiksi. 

Menurutnya, kondisi tersebut menimbulkan banyak sekali hal yang patut dikritisi dan dipertanyakan. 

"Kontradiksi tersebut bisa dilihat dengan masih dimasukkannya solusi-solusi palsu transisi energi seperti gasifikasi batu bara, pembangkit listrik tenaga nuklir, geothermal," ujar Fiotentina saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Selasa (9/5/2023).

Baca Juga: Potensi Hulu Migas di Indonesia Masih Menarik di Era Transisi Energi

Fiorentina mengatakan, jika dilihat dengan spektrum lebih luas, PLTN, geothermal, dan gasifikasi batu bara juga didapatkan lewat proses ekstraktif yang mana kita tahu bagaimana konsekuensi ekologis dari proses ekstraksi, apalagi dalam skala besar.

Ditambah lagi, melalui Rancangan Undang-Undang (RUU) Energi Baru Energi Terbarukan (EBET), pemerintah masih mengakomodasi pembangkit energi fosil captive.

Ia menekankan bahwa transisi energi harus benar-benar menekan angka emisi dari keseluruhan proses.

"Tidak bisa hanya dilihat secara parsial dari persoalan minim emisi pada sektor pembangkit (hilir), tetapi juga di sektor hulu atau tambang batu bara dan migas (hulu)," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: