Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Capres Gencar Cari Cawapres dari NU, Formulasi Nasionalis-Islam Jadi Strategi Menang Pilpres?

Capres Gencar Cari Cawapres dari NU, Formulasi Nasionalis-Islam Jadi Strategi Menang Pilpres? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Depok -

Sejumlah tokoh penting dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) disebut-sebut akan menjadi sosok yang potensial untuk menjadi calon wakil presiden (Cawapres) pada Pilpres 2024.

Terlebih, calon presiden (Capres) Ganjar Pranowo maupun Anies Baswedan saat ini sedang gencar melakukan kunjungan ke beberapa tokoh NU demi menambah suara dalam pemilihan di tahun depan.

Misalnya, Ganjar Pranowo melakukan kunjungan ke tokoh NU, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) di kompleks Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Kabupaten Rembang pada Rabu (3/5/2023) lalu.

Baca Juga: PPP Dukung Ganjar Pranowo, Hasan Nasbi: Mereka Tak Punya Privilese untuk Ajukan Cawapres kepada PDIP

Sementara itu, Anies Baswedan menghadiri Haul Akbar Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid di Tanggul, Jember, Jawa Timur pada Minggu (7/5/2023) lalu.

Kunjungan politik ke tokoh NU ini mengindikasikan peran strategis kelompok representasi Islam dalam menambah suara untuk memenangkan pemilihan umum.

Pendiri lembaga survei Cyrus Network sekaligus pengamat politik Hasan Nasbi mengatakan bahwa koalisi-koalisi partai saat ini sedang membentuk formulasi merah-putih (nasionalis) dan hijau (Nahdlatul Ulama) untuk memasangkan Capres serta Cawapres. Menurutnya, formulasi ini sudah dilakukan semenjak Pilpres 2004.

“Ada suatu ketika dalam Pilpres 2004, itu semua pakai formulasi merah-putih (nasionalis) dan hijau (Nahdlatul Ulama). Ada kombinasi merah-putih dengan hijau yang menang. Tapi sebagian besar merah-putih kombinasi hijau itu kalah. Lima kandidat pakai formulasi yang sama tapi hanya ada satu yang menang. Kalau kita pakai probabilita, berarti kombinasi ini empat kali kemungkinan kalah dan satu kali kemungkinan menang dalam satu pertarungan,” ata Hasan Nasbi, dikutip dari kanal Youtube Total Politik pada Kamis (11/5/2023).

Ia mengatakan bahwa formulasi nasionalis-Islam ini hanya sebagai konsensus representasi saja. Menurutnya, pemilih tentu saja akan melihat faktor lain, seperti kompetensi.

“Kombinasi ini sebenarnya konsensus saja bahwa harus ada representasi orang-orang tertentu, enggak pernah diteorikan. Akhirnya memang enggak melihat faktor lain misalnya seperti kompetensi dan kecocokan selama memerintah,” jelasnya.

Selain itu menanggapi kabar yang mengatakan bahwa Cawapres kemungkinan berasal dari NU, ia mengatakan bahwa yang terpenting adalah figur calon presiden (Capres).

“Jadi kalau Capres-Cawapres itu menurut saya sekarang yang paling menentukan itu Capres. Karena kalau dari simulasi tiga nama hari ini, Capres sudah memborong 90% suara,” ungkapnya.

Hasan Nisbi juga menjelaskan bahwa representasi kelompok tidak hanya berfokus pada Capres-Cawapres saja, tetapi juga bisa ke faktor-faktor pendukung lainnya.

“Apakah representasi tersebut harus jadi Capres atau Cawapres. Menurut saya kalau partai pengusung dan ketua tim sukses juga bisa merepresentasikan (hijau). Dalam formulasi kabinet bisa, struktur tim kampanye bisa, ketua pemenangan di daerah juga bisa,” katanya.

Lebih lanjut, ia dengan yakin mengatakan bahwa pemilih muda saat ini lebih mempetimbangkan aspek kompetensi daripada representasi kelompok demografi.

“Pemilih muda kita sekarang kan banyak. Apakah pemilih muda kita masih memilih berdasarkan karakteristik demografi seperti ini. Saya enggak yakin seperti ini. Saya yakin orang-orang pertama akan melihat figur dan yang kedua adalah kemampuan,” tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: