Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

KKB Makin Songong Aja! Belum juga Lepas Pilot Susi Air, eh Sekarang Malah Sandera 4 Pekerja Tower

KKB Makin Songong Aja! Belum juga Lepas Pilot Susi Air, eh Sekarang Malah Sandera 4 Pekerja Tower Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tampaknya Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua terus menguji kesabaran Indonesia dan tak berhenti berulah. Bahkan, kini KKB tambah songong. Belum juga membebaskan pilot Susi Air, terbaru mereka menyandera empat pegawai PT Inti Bangun Sejahtera (IBS) yang sedang membangun tower Base Transceiver Station (BTS) di Distrik Okbab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan.

Penyanderaan terjadi pada Jumat (12/5) pukul 09.00 WIT. Awalnya, enam orang pekerja Tower BTS yang dipimpin oleh Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Pegunungan Bintang Alverus Sanuari, berangkat dari Oksibil menuju Distrik Okbab menggunakan Pesawat Elang Air pada pukul 08.30 WIT. Namun, saat tiba di Lapangan Terbang Okbab, langsung dihadang oleh lima orang yang mengaku berasal dari kelompok teroris Papua. Kelompok tersebut menggunakan senjata tajam, seperti parang, dan melakukan kekerasan fisik terhadap tiga orang pekerja.

Alverus Sanuari beserta salah satu korban luka yang bernama Benyamin Sembiring, dibebaskan untuk kembali ke Oksibil. Mereka tiba di Bandara Oksibil sekitar pukul 11.00 WIT dan langsung dilarikan ke RS Oksibil untuk mendapatkan perawatan medis. Empat orang masih disandera oleh kelompok tersebut. Dua di antaranya mengalami luka akibat penganiayaan. Mereka adalah Asmar dan Fery karyawan PT Inti Bangun Sejahtera (IBS). Kemudian Peas Kulka (staf Distrik Okbab) dan Senus Lepitalem Distrik Borme. Baca Juga: Kebrutalan KKB Papua Tak Bisa Dibiarkan, Tak Hanya Sandera 4 Pekerja Tower BTS, Kadis Kominfo Juga Disiksa Pakai Senjata!

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo mengatakan, teroris Papua itu, meminta tebusan sebesar Rp 500 juta sebagai syarat pembebasan para sandera. “Tuntutan ini menjadi perhatian serius bagi pihak berwenang, dan langkah-langkah sedang diambil untuk menangani situasi ini dengan cepat dan mengamankan keselamatan para sandera,” tambahnya.

Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Mohamad Dafi Bastomi telah mengadakan pertemuan untuk menentukan langkah yang akan diambil. Turut hadir Pemerintah Daerah yang diwakili Wakil Bupati Kris Bakweng Uropmabin, Asisten 1 Nicolaus Urobmabin, tokoh adat setempat, serta satuan tugas TNI-Polri dan Ops Damai Cartenz.

Kapolres Mohamad Dafi mengatakan, Pemerintah daerah dan aparat keamanan telah menjalin komunikasi melalui tokoh adat Okbab setempat untuk mendapatkan informasi terkini mengenai kondisi para korban. Upaya negosiasi dan penyelesaian secara damai menjadi prioritas. Namun, tetap memperhatikan hukum dan kebijakan yang berlaku.

“Pemerintah berharap dapat mengatasi situasi ini dengan cepat dan memastikan keselamatan semua pihak yang terlibat,” tutup Kapolres.

Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz Kombes Donny Charles G menduga kelompok yang menyandera pekerja IBS berbeda dengan kelompok Kagoya. Mengingat, aksi Kagoya Cs hanya di sekitar Kabupaten Nduga, Yahukimo, Lany Jaya, dan Puncak.

Identifikasi terhadap pelaku terus dilakukan. Keterangan dari Alverus dan Benyamin, Satgas Ops Damai Cartenz telah mengantongi ciri-ciri pelaku. Namun, mereka belum mengetahui secara rinci indentitasnya.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate menyayangkan terjadinya penyerangan dan penyanderaan pekerja IBS. Pihaknya kini tengah berkoordinasi dengan TNI dan Polri terkait upaya pembebasan para sandera.

Johnny mengatakan, keamanan menjadi faktor yang perlu diperhatikan untuk membangun infrastruktur di Papua. Dia menyebut, para pekerja perlu dikawal demi menjaga keselamatan dan keamanan selama pembangunan infrastruktur digital di sana.

Johnny menyampaikan, tahun lalu, delapan pekerja dibunuh, ada empat pekerja juga yang hingga kini belum diketahui keberadaannya. “Tanpa jaminan keamanan yang memadai, akan berdampak pada demoralisasi atas personel dan engineers infrastruktur digital yang sedang membangun di Papua,” ucapnya.

Johnny menyebut keselamatan para pekerja yang saat ini belum diketahui keberadaannya itu menjadi prioritas utama. Dia mengatakan pembangunan infrastruktur digital di Papua dilakukan pemerintah pusat demi meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Apa tanggapan pakar soal kelakuan teroris Papua ini? Pakar Intelijen dan Terorisme Stanislaus Riyanta menilai, teroris Papua tambah songong. “Kejadian ini tidak bisa dibiarkan. Pemerintah harus tegas dalam menjaga dan menjamin keselamatan masyarakat,” katanya saat dihubungi Rakyat Merdeka, tadi malam.

Tidak tegasnya sikap pemerintah dimanfaatkan mereka untuk terus berulah. Jika dibiarkan terus akan menjadi-jadi mereka.

“Tebusan kemungkinan untuk kepentingan mereka, tetapi ini tidak boleh dilakukan karena akan sangat mengutungkan KKB,” ujarnya. Baca Juga: Berapi-api di Depan Prajuritnya, Jenderal Dudung: Lindungi Rakyat Papua demi Kedamaian

Namun, karena ada nyawa yang harus diselamatkan, Stanislaus berharap agar Pemerintah melalui TNI-Polri melakukan cara-cara terbaik. “Harus melakukan segala upaya untuk menyelamatkan sandera dan korban kekerasan KKB. Dan secara paralel, Pemerintah melalui pemerintah daerah setempat melakukan dialog,” pungkasnya.

Sebelumnya, KKB juga menyandera pilot Susi Air, Captain Philips Max Mehrtens di Nduga, Papua. Diketahui, Pesawat PK-BVY milik maskapai Susi Air yang mengangkut barang dari Kabupaten Mimika diduga dibakar oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya di Lapangan Terbang Paro, Distrik Paro, Nduga, Papua Tengah, Selasa (7/2).

Belakangan, KKB menolak upaya negosiasi untuk membebaskan pilot berkewarganegaraan Selandia Baru tersebut. Susi Pudjiastuti selaku pemilik Susi Air sudah hilang kesabaran. Jika keputusan berada di tangannya untuk menyelamatkan pilotnya sendiri, ia akan meminta bom kepada TNI.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: