Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kanselir Jerman Heran Masih Banyak Negara yang Punya 'Standar Ganda' ke Rusia

Kanselir Jerman Heran Masih Banyak Negara yang Punya 'Standar Ganda' ke Rusia Kredit Foto: Reuters/Michael Kappeler
Warta Ekonomi, Berlin -

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa India, Vietnam, dan negara-negara lain menolak untuk mengutuk Rusia atas konfliknya dengan Ukraina. 

"Ketika saya berbicara dengan para pemimpin dari negara-negara tersebut, banyak yang meyakinkan saya bahwa mereka tidak mempertanyakan prinsip-prinsip dasar tatanan internasional kita," kata Scholz pada Senin (15/5/2023), di KTT Solusi Global di Berlin.

Baca Juga: Bantuan Militer Jerman buat Ukraina Tembus 2,9 Miliar Dolar, Apa Saja Isinya?

Padahal, lanjut Scholz, sebagian besar dari mereka stuju dengan prinsip-prinsip di balik "tatanan internasional" yang berbasis di Barat, tetapi mereka tidak yakin bahwa prinsip itu diterapkan secara adil.

"Apa yang mereka perjuangkan adalah penerapan prinsip-prinsip tersebut yang tidak setara," tambahnya.

Para anggota PBB memberikan suara mayoritas pada bulan Oktober lalu untuk menuntut agar pasukan Rusia segera menarik diri dari Ukraina, namun puluhan negara menentang resolusi tersebut atau abstain.

Selain India dan Vietnam, negara-negara seperti China, Afrika Selatan, Aljazair dan Pakistan memilih untuk abstain. Negara-negara tersebut sebagian besar menolak tekanan AS untuk bergabung dalam kampanye sanksi yang dipimpin Barat terhadap Rusia.

"Apa yang mereka harapkan adalah representasi yang setara dan diakhirinya standar ganda Barat," kata Scholz.

Ia menambahkan bahwa kerja sama dari negara-negara berpengaruh tersebut akan "terbatas" jika para pemimpin mereka menganggap bahwa "kita hanya mendekati mereka karena kita tertarik pada bahan mentah mereka atau karena kita menginginkan dukungan mereka pada resolusi PBB."

Scholz menyatakan bahwa persepsi kemunafikan geopolitik Barat tidak selalu benar.

"Tetapi kita harus mengatasinya jika kita ingin mendorong negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika untuk bergabung dengan kita dalam membangun dan mempertahankan tatanan global yang stabil," paparnya.

Dia menyarankan agar negara-negara berkembang memiliki suara yang lebih besar dalam urusan internasional akan membantu mendapatkan kerja sama mereka.

Sebagai contoh, ia mendukung pemberian perwakilan permanen bagi negara-negara Afrika di Dewan Keamanan PBB dan menjadikan Uni Afrika sebagai anggota tetap G20.  

Para pejabat Rusia sering menuduh AS dan sekutu-sekutu Baratnya menuntut agar aturan-aturan mereka diikuti tanpa melakukannya sendiri. Sebagai contoh, Washington hanya mendukung prinsip-prinsip penentuan nasib sendiri dan penghormatan terhadap integritas teritorial jika sesuai dengan kepentingannya, kata para diplomat Rusia.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada bulan Maret lalu mengatakan bahwa Washington telah mengabaikan kekhawatiran keamanan Moskow di negara tetangganya, Ukraina, setelah membenarkan intervensi militer AS yang jauh di negara-negara seperti Suriah, Libya, dan Serbia dengan menyatakan bahwa kepentingan nasionalnya terancam.

"Singkatnya, jika ini bukan apa yang Anda sebut sebagai standar ganda, maka saya bukan menteri luar negeri," kata Lavrov.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: