Harga telur ayam masih mengalami kenaikan di sejumlah daerah. Kondisi ini membuat pedagang eceran memutuskan untuk sementara tidak berjualan telur.
Pedagang telur eceran di Kota Solo, Ngadinem (59), mengaku memilih tak berkulak telur karena harganya yang tinggi. Ia khawatir telur dagangannya tak laku karena harga yang terlampau mahal.
"Tidak jualan dulu, saya menunggu harga (telur) turun. Karena saya dapat harga kulak Rp 32 ribu per kilogram, jadi saya harus jual di atas itu," katanya, Kamis (18/5/2023).
Salah seorang pegawai distributor telur di Pasar Legi, Hanum Prasetyo (30), membenarkan bahwa harga telur masih tinggi. Harga di tingkat distributor sudah mencapai sekitar Rp 28.500 per kg.
"Harga di tangan konsumen atau pengecer bisa dimungkinkan tembus di atas Rp 30 ribu per kg,” katanya
Hanum mengungkapkan bahwa harga telur sempat menyentuh di angka Rp 29.500 beberapa hari yang lalu. Menurut dia, kenaikan harga salah satunya dipicu adanya bantuan dari pemerintah berupa telur. Di tempatnya bekerja, penjualan skala besar naik hingga dua kali lipat.
Baca Juga: Harga Telur Ayam Melambung Tinggi, Ini Respon Pemerintah
"Kemarin buat bantuan itu, seperti PKG dan sebagainya yang bentuknya telur. Kita kurang tahu sistemnya bagaimana, tapi yang beli telur jadi banyak dari yang 50-60 peti jadi dua kali lipat. Tapi stok kita sedikit," katanya.
Di Kota Bandung, Jawa Barat, harga telur ayam negeri terus mengalami kenaikan sejak sepekan terakhir. Berdasarkan pantauan , di Pasar Kosambi Kota Bandung harga telur masih dibanderol dengan harga Rp 33 ribu per kg. Harga ini diketahui sudah cukup melandai dibandingkan sebelumnya yang mencapai Rp 34 ribu-Rp 35 ribu per kg.
Salah satu pembeli di Pasar Kosambi Bandung, Harni (64), mengaku cukup kesulitan akibat kenaikan harga telur, Menurutnya, sebagai pengusaha kuliner rumahan, telur merupakan salah satu bahan baku krusial yang dia perlukan sehingga kenaikan yang tidak kecil ini cukup membuatnya kewalahan.
“Kebutuhan telur lumayan banyak memang karena memang ada usaha, makanya beli telur rutin, setiap hari. Makanya berat banget ada kenaikan begini, bikin stres,” kata Harni.
Sebagai penjual, dia mengaku cukup kesulitan untuk memutuskan menaikkan harga jualannya. Dia juga mengaku sudah mencoba menjelajahi sejumlah pasar tradisional untuk menemukan harga yang lebih terjangkau, tapi hasilnya nihil.
“Kalau naik begini ya kita juga bingung, karena harga jual kita juga gak bisa naik, ya makanya bebannya tetep di penjual ya. Susah kalau mau menaikkan harga,” katanya.
Dia berharap harga telur dapat segera stabil dan kembali ke harga normal. Harni juga menganggap bahwa kenaikan harga pokok akhir-akhir ini tergolong tidak wajar, merujuk pada kenaikan yang tiba-tiba dan momen yang tidak terduga.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan, alasan tingginya harga telur disebabkan berkurangnya pasokan kiriman telur dari Blitar selaku daerah pemasok telur terbesar Kota Bandung.
"Kebetulan di daerah produsen, khususnya di Jawa Timur, sedang ada peningkatan permintaan untuk memenuhi kebutuhan bansos, yang di antaranya adalah telur. Jadi ada peningkatan permintaan untuk pemenuhan bahan-bahan kebutuhan bansos di Jawa Timur,” kata Elly.
Eeng (50 tahun), salah satu pedagang telur di Pasar Kosambi, mengatakan, harga sudah melonjak sejak beberapa waktu lalu, bahkan sebelumnya harga telur berada di kisaran Rp 34 ribu-35 ribu per kg. Dia mengatakan, imbas kenaikan harga ini, pembeli yang datang cukup berkurang bahkan cenderung sepi.
Menurutnya, tak hanya telur ayam negeri, telur jenis lain seperti telur puyuh, telur ayam kampung juga telur bebek juga kompak mengalami kenaikan.
“Sebelumnya Rp 28.500 per kg, sekarang Rp 33 ribu, dari distributornya. Pembeli sepi kalau ada kenaikan harga. Apalagi naiknya banyak.“
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement