Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

AS Berisiko Kalah dalam Perlombaan Kripto dari UAE, Korea, Australia hingga Swiss

AS Berisiko Kalah dalam Perlombaan Kripto dari UAE, Korea, Australia hingga Swiss Logo bitcoin berada di atas sebuah buku. | Kredit Foto: Unsplash/André François McKenzie
Warta Ekonomi, Jakarta -

Analis Ark Invest Yassine Elmandjra memperingatkan Amerika Serikat (AS) berisiko kehilangan posisinya sebagai pemimpin dalam perlombaan mata uang kripto yang bersaing melawan negara-negara lain, termasuk Uni Emirat Arab (UAE), Korea, Australia, dan Swiss.

Dilansir dari laman Cointelegraph pada Selasa (23/5/2023), dalam catatan 22 Mei kepada klien Ark Invest, Elmandjra melihat kemunduran terkait kripto baru-baru ini dari perusahaan perdagangan Jane Street dan Jump Trading sebagai tanda awal dari reaksi yang lebih luas terhadap peraturan genting di negara tersebut.

“Setelah dihuni institusi yang mapan dan kredibel, ekosistem kripto di AS sekarang menghadapi kekosongan yang kemungkinan besar akan menahan minat di antara investor institusional lainnya.”

Baca Juga: KTT G7: Biden Tolak Kesepakatan Utang yang Lindungi Pedagang Kripto

“Di AS, ketidakpastian regulasi tampaknya mengecilkan hati, baik perusahaan yang sudah ada maupun pendatang baru di ruang kripto,” tambahnya.

Ark Invest adalah perusahaan manajemen aset global yang dipimpin CEO Cathie Wood dan saat ini memiliki aset lebih dari US$14 miliar atau setara Rp208 triliun.

Selain itu, Elmandjra mengakui bahwa likuiditas kripto di AS telah “berkurang secara signifikan” yang mencatat bahwa volume perdagangan Bitcoin di AS telah turun 75% dalam dua bulan terakhir, turun dari US$20 miliar atau Rp298 triliun per hari pada Maret menjadi hanya US$4 miliar atau Rp59 triliun dalam seminggu terakhir, mengutip data dari CoinMetrics.

Sementara itu, dengan AS yang semakin memusuhi aset digital dan perusahaan yang berurusan dengannya, beberapa perusahaan kripto berbasis di AS sudah mulai mencari tempat lain.

Coinbase, yang saat ini menggugat Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) karena kurangnya kejelasan tentang regulasi kripto. Pihaknya mengatakan bahwa sekarang sedang mempertimbangkan UEA sebagai "pusat strategis" untuk bisnisnya.

Coinbase bukan satu-satunya perusahaan besar yang melihat ke UEA sebagai rumah potensial. Seperti dilansir Cointelegraph, salah satu pendiri perusahaan pembuat usaha Crypto Oasis, Saqr Ereiqat mengatakan bahwa pendekatan peraturan UEA yang lebih optimis terhadap aset digital menjadikannya lokasi “ideal” untuk bisnis kripto baru dan yang sudah ada.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: