AS Terancam Bangkrut karena Utang, Connie Bakrie: Trump Harus Jadi Presiden Lagi
Amerika Serikat terancam bangkrut apabila gagal membayar utang sampai dengan 1 Juni 2023. Hal ini disebabkan oleh kebuntuan negosiasi untuk menaikkan plafon utang negara antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang saat ini dipimpin oleh Partai Republik.
Sebelumnya, Partai Republik memilih untuk menaikkan batas pinjaman nasional, tetapi dengan syarat harus memotong drastis anggaran belanja yang menurut Kongres terlalu boros. Hal ini tentu saja akan menyulitkan posisi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.
Tanggal pasti gagal bayar utang tersebut dinyatakan oleh Menteri Keuangan Janet Yellen dalam suratnya ke Kongres AS. Saat ini, utang AS diperkirakan sudah mencapai ambang batas yakni US$31,4 triliun atau setara Rp461.000 triliun (dalam kurs Rp15.000). Yellen mendesak Kongres AS bergerak cepat untuk menaikkan atau menangguhkan plafon utang agar pemerintah bisa memberikan kepastian terkait pembayaran utang.
Baca Juga: Amerika Serikat Terancam Tumbang karena Utang, Dua Hal Ini yang Menjadikannya Negara Adidaya
Pebisinis Mardigu Wowiek kemudian membandingkan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Joe Biden dan Donald Trump. Menurutnya, Amerika Serikat di bawah kepresidenan Trump jauh lebih baik karena latar belakang Trump yang seorangan pedagang dan ekonom.
“Jadi kita tahu caranya Biden ini berbeda dengan cara Trump. Trump ini sebenarnya dia ekonom dan pedagang, jadi balance-nya bagus. Kalau Amerika ini kayaknya setahun lagi bangkrut. Kemarin aja sudah enggak bisa bayar karyawan, utang, dan bunga. Mereka bermasalahnya di cash flow (arus kas),” kata Mardigu, dikutip dari kanal Youtube R66 Newlitics pada Kamis (25/5/2023).
Ia kemudian menyebut bahwa kondisi gagal bayar utang ini juga diperparah oleh situasi perang Rusia dan Ukraina. Hal ini yang kemudian berdampak pada perekonomian negara-negara adidaya lainnya, seperti negara di Eropa.
“Itu menjadi sebuah siklus yang menarik karena kita tahu bahwa gara-gara Putin diembargo dan disanksi, ternyata itu berdampak pada negara-negara Eropa. Terbukti bahwa Inggris itu inflasinya mencapai 75%,” jelasnya.
Sementara itu, ia mengamati bahawa langkah dedolarisasi yang mulai gencar dilakukan oleh beberapa negara membuat posisi dolar AS terancam. Ia kemudian mengatakan bahwa Amerika Serikat akan ‘cemberut’ apabila negara-negara mulai mengganti cadangan devisa mereka yang semula dalam dolar menjadi mata uang lain atau bahkan emas.
“Kita melihat saat ini dunia beraksi dengan melakukan dedolarisasi, artinya dedolarisasi secara masif. Ada dua, yaitu transaksinya tidak pakai dolar dan yang paling berat adalah kalau cadangan devisa sebuah negara tidak menggunakan dolar, maka Amerika akan cemberut. China dalam dua tahun terakhir sudah menggunakan emas dalam cadangan devisanya,” papar Mardigu.
Sementara itu, akademisi dan pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie menilai bahwa masalah yang terjadi di Amerika Serikat akan terselesaikan apabila Trump kembali menjadi presiden.
“Sebenarnya untuk menyelesaikan masalah di Amerika itu, Trump harus jadi presiden lagi. Tapi buat saya Trump itu keren,” kata Connie, dikutip dari kanal yang sama.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti
Advertisement