Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terseret Penurunan Harga CPO Global, Harga Referensi CPO Turut Menurun

Terseret Penurunan Harga CPO Global, Harga Referensi CPO Turut Menurun Pekerja menurunkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari atas mobil di Desa Lemo - Lemo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Sabtu (2/7/2022). Harga TBS kelapa sawit tingkat pengepul sejak sebulan terakhir mengalami penurunan harga dari Rp2.280 per kilogram menjadi Rp800 per kilogram disebabkan banyaknya produksi. | Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penurunan harga CPO di pasar global berdampak terhadap penetapan harga referensi produk CPO untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan Pungutan Ekspor (PE).

Kementerian Perdagangan RI menetapkan Harga Referensi CPO Periode 1-15 Juni 2023 sebesar US$811,68/MT. Nilai ini menurun sebesar US$81,55 atau 9,13 persen dari harga referensi CPO periode 16–31 Mei 2023. Dampaknya, beban ekspor sawit juga turun menjadi US$118/MT, yang terdiri dari BK sebesar US$33/MT dan PE CPO US$85/MT.

Baca Juga: Mendag Zulhas: Kebijakan Ekspor CPO Melalui Bursa Berjangka di Indonesia

"Harga referensi CPO mengalami penurunan yang mendekati ambang batas sebesar US$680/MT. Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar US$33/MT dan PE CPO sebesar US$85/MT untuk periode1—15 Juni 2023," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Budi Santoso, dilansir dari laman resmi Kementerian Perdagangan RI pada Selasa (6/6).

Sebelumnya, periode 16–31 Mei 2023, BK CPO US$74/MT; PE CPO US$95/MT, dan total beban ekspor sebesar US$169/MT. BK CPO periode 1–15 Juni 2023 merujuk pada Kolom Angka 4 Lampiran Huruf C Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK/0.10/2022 jo. Nomor 123/PMK.010/2022 sebesar US$33/MT.

Sementara itu, PE CPO periode 1–15 Juni 2023 merujuk pada Lampiran Huruf C Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.05/2022 jo. 154/PMK.05/2022 sebesar US$85/MT.

Penurunan harga referensi CPO tersebut dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya yaitu menurunnya permintaan minyak sawit dunia yang disebabkan penurunan harga minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan biji bunga matahari; adanya pembebasan tarif bea masuk minyak kedelai dan minyak bunga matahari oleh India; serta melemahnya kurs ringgit Malaysia terhadap dolar Amerika Serikat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: