Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laba Bersih MDKA di Kuartal I-2023 Anjlok 95,5 Persen, Imbas dari Ekonomi China?

Laba Bersih MDKA di Kuartal I-2023 Anjlok 95,5 Persen, Imbas dari Ekonomi China? Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Depok -

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mengalami koreksi sepanjang kuartal pertama di tahun 2023. Pasalnya, emiten penambang emas dan tembaga ini mencatatkan laba bersih hanya sebesar US$3,13 juta sepanjang Januari-Maret 2023.

Realisasi laba ini merosot hingga 95,5 persen dari catatan laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$69,65 juta. Alhasil, laba bersih per saham dasar MDKA hanya bersisa US$0.0001 dari sebelumnya US$0,0030.

Penurunan laba bersih ini terjadi di tengah naiknya pendapatan. MDKA membukukan pendapatan senilai US$214,21 juta, naik sekitar 74,03% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$123,08 juta.

Baca Juga: Kenapa Pemerintah Banyak Belanja di Saat Ekonomi Sedang Lesu?

Menanggapi hal tersebut, Analis Maybank Sekuritas Adi Wicaksono mengatakan bahwa penurunan laba bersih MDKA ini disebabkan oleh pemulihan ekonomi China yang tidak sesuai dengan yang diharapkan pasar.

Ia menambahkan bahwa saat ini pasar China didominasi oleh sektor properti, sehingga permintaan komoditas nikel yang menjadi andalan MDKA kemudian menurun.

“Kelihatannya MDKA ini terkait juga dari pelemahan-pelemahan harga komoditas, terutama nikel. Memang pemulihan ekonomi China ini tidak sesuai dengan diharapkan oleh pasar. Jadi, ekonomi China itu masih memulih, tapi kelihatannya lebih ke sektor yang riil, jadi kalau sektor properti atau industri ini masih lambat. Sementara metal nikel ini kan kebutuhannya untuk industrial, jadi properti dan segalanya itu kelihatannya masih lemah,” ujar Adi, dikutip dari kanal Youtube Maybank Sekuritas pada Rabu (7/6/2023).

Adi kemudian menjelaskan bahwa kinerja MDKA mengalami pertumbuhan di sektor nikel untuk electric vehicle (EV).

“Memang yang positif itu di nikel yang segmen satu, untuk yang EV. Tapi kan EV itu demand-nya masih belum besar, yang besar itu saat itu masih untuk kebutuhan stainless steel. Jadi, memang ekonomi China kelihatannya masih berpengaruh terhadap kinerja sektor nikel, khususnya MDKA,” bebernya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: