Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Grant Thornton Indonesia Jabarkan Pentingnya Ketahanan Siber bagi Organisasi

Grant Thornton Indonesia Jabarkan Pentingnya Ketahanan Siber bagi Organisasi Kredit Foto: Shutterstock/LookerStudio
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di era digital seperti saat ini, ancaman dan serangan siber menjadi tantangan terbesar bagi organisasi di berbagai belahan dunia. Pasalnya, ancaman dan serangan siber ini dapat mengancam kerahasiaan data dan informasi penting kita sebagai individu maupun maupun organisasi tempat kita bekerja.

Tidak hanya itu, data dan informasi pun menjadi rentan untuk bocor, dicuri, diubah, maupun dihapus. Ditambah lagi, pandemi Covid-19 yang secara drastis telah mengubah peran teknologi menjadi makin signifikan dalam kehidupan sehari–hari masyarakat dan institusi sehingga membuat daya tahan (tidak hanya keamanan) siber menjadi lebih relevan dan penting dari sebelumnya.

Baca Juga: Indonesia Darurat Serangan Siber, Pakar Keamanan Siber Soroti Pentingnya UU PDP

Goutama Bachtiar, IT Advisory Director di Grant Thornton Indonesia, menyatakan bahwa peningkatan aktivitas digital saat pandemi berbanding lurus dengan bertambahnya ancaman dan serangan siber, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga secara global. Ia menyampaikan bahwa maraknya kecurangan, penipuan, dan kejahatan siber juga dibarengi dengan terungkapnya fakta perihal minimnya literasi digital di tataran masyarakat maupun di institusi, khususnya pengguna produk dan layanan Teknologi Informasi.

Modus penipuan dan kejahatan siber yang paling sering terjadi meliputi hacking (peretasan), spoofing (penyamaran), skimming (penyalinan informasi), defacing (penggantian atau modifikasi laman web), phishing (pengelabuan), BEC (business email compromise), dan social engineering (rekayasa sosial). Ia juga menambahkan bahwa sektor keuangan merupakan industri di mana insiden dan serangan paling sering terjadi.

"Phishing merupakan jenis serangan siber yang umum terjadi di Indonesia. Jenis kejahatan siber ini banyak memanfaatkan psikologi korban dan juga informasi seperti email, telepon, maupun pesan teks singkat yang bertujuan untuk mengelabui korban agar memberikan data sensitif berupa informasi login uang elektronik, dompet elektronik, BNPL (Buy Now Pay Later), digital banking, maupun detail kartu debit," ungkap Goutama Bachtiar, dikutip Rabu (7/6/2023). 

Untuk mengantisipasi maraknya ancaman dan serangan tersebut, organisasi khususnya perusahaan mulai mencari strategi, cara dan rencana untuk memperkuat sistem ketahanan dan juga termasuk keamanan digital dan sibernya. Salah satunya adalah dengan menggunakan jasa konsultasi untuk mendesain dan mengembangkan program ketahanan dan keamanan siber dan digital yang efektif dan efisien sehingga dapat meminimalisasi kemungkinan dan atau dampak kejahatan siber.

"Di Grant Thornton, kami melihat adanya peningkatan jumlah klien yang membutuhkan bantuan dan pendampingan dalam bentuk konsultasi, audit, review, vulnerability assessment maupun penetration testing untuk meningkatkan sistem ketahanan dan keamanan siber dan digital mereka. Kami selalu menyarankan agar mereka memiliki perencanaan ketahanan dan keamanan digital dan siber jangka pendek, menengah, dan jangka panjang, baik di tataran strategis, operasional, teknis, dan juga taktis," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: