Publik belum lama ini digegerkan dengan kehadiran aqua sachet. Kemasan Aqua mini itu tampak dalam unggahan video di media sosial yang awalnya diunggah di akun TikTok @kwu881_ dengan judul "Aqua Sachet Guys".
Unggahan video iseng ini menjadi ramai karena beberapa akun buzzers (pendengung) yang sering menyerang aqua ikut menyebarkan video hoaks tersebut. Pemilik akun @kwu881_ akhirnya mengakui bahwa Aqua sachet itu dia buat sendiri.
"Untuk video Aqua sachet itu saya hanya membuat sendiri tidak asli," kata pemilik akun @kwu881_ seperti dikutip, Rabu (7/6).
Berdasarkan video yang beredar, Aqua sachet tersebut berukuran sekitar 10 X 10 cm. Air yang dibungkus dalam kemasan tersebut terdapat dua label Aqua yang disusun vertikal.
Namun keterangan dalam label tersebut menjelaskan bahwa netto air seberat 600 Ml. Artinya, mustahil bagi kemasan 10 X 10 cm untuk menampung volume air 600 Ml.
Keberadaan video tersebut lantas diunggah kembali dan disebar oleh akun media sosial lain seperti Twitter dan Instagram oleh buzzers dengan narasi negatif terhadap aqua. Akun twitter @hujanrintik___ mengaitkan video hoaks itu komitmen Aqua dalam menjaga lingkungan dan sampah plastik.
Akun @Aryprasetyo85 bahkan menuding Aqua telah merusak lingkungan melalui kemasan sachet yang ternyata palsu itu. Akun itu bahkan menuding Aqua telah melawan permen KLHK nomor 75 tahun 2019 tentang peta jalan pengurangan sampah oleh produsen.
Sedangkan akun @twitkuaing ikut menuliskan narasi negatif mengaitkan hoaks dengan permasalahan sampah plastik di Indonesia. Belakangan, akun @kwu881_ yang memiliki 2502 pengikut itu menghapus semua unggahan video miliknya, termasuk video Aqua sachet.
Meski demikian, belum ada permintaan maaf resmi dari para pemilik akun buzzer terhadap produsen yang dirugikan menyusul video hoaks tersebut. Padahal, produsen telah dirugikan menyusul tudingan para buzzer terkait video palsu dimaksud.
Sebelumnya, Co-founder Indonesian Antihoax Education Volunteers (REDAXI) Astari Yanuarti mengatakan kalau penggunaan buzzer untuk kampanye hitam dan menjelekan produk lain itu sangat terbuka. Dia mengatakan, salah satu karakter penyebaran hoaks adalah daur ulang isu.
"Kemungkinan akun-akun tersebut digerakkan sangat terbuka dan patut diduga ada motif komersial di baliknya," katanya.
Astari mengungkapkan kalau penyebaran hoaks tidak hanya dilakukan oleh buzzer. Namun semua orang bisa menjadi penyebar informasi palsu secara sadar maupun tidak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement