Fintech Finfra Berhasil Kumpulkan Dana Segar Nyaris Rp15 Miliar

Semenjak tahun 2015, ekonomi digital Indonesia tumbuh 10 kali lipat dan mencapai nilai barang dagangan bruto (GMV) sebesar US$77 miliar (Rp1.150 triliun). Namun, penetrasi kredit tetap rendah untuk individu dan bisnis, dengan hanya 3% penduduk Indonesia yang memiliki kartu kredit.

Dilansir dari laman Tech in Asia pada Kamis (15/6/2023), akses terhadap kredit akan membuat bisnis dapat meningkatkan adopsi pelanggan beserta lainnya, dan perusahaan teknologi finansial (fintech) Finfra yang berbasis di Indonesia ingin mengisi ceruk atau niche ini.

Perusahaan rintisan (startup) Finfra telah berhasil mengumpulkan US$1 juta setara Rp14,95 miliar untuk membantu mewujudkannya.

Baca Juga: Hindari Fintech Gagal Bayar, OJK Wajib Terus Awasi dan Beri Penalti pada P2P Lending

Menurut Tech in Asia, pendanaan Finfra ini disokong oleh beberapa investor, seperti DS/X Ventures, Seedstars International Ventures, Cento Ventures, Fintech Nation, FirstPick, BADideas Fund, dan Hustle Fund. 

Secara umum, Finfra memungkinkan bisnis keuangan dan non-keuangan untuk menanamkan layanan pinjaman kredit ke saluran mereka sendiri.

Finfra juga akan menggunakan pendanaan baru tersebut untuk mengembangkan tim data, engineering, dan keuangannya, serta untuk fokus pada percepatan pengembangan produk.

“Kami telah melipatgandakan klien aktif kami sejak awal tahun dan melihat permintaan dan saluran kami, kami berharap untuk melipatgandakannya lagi di paruh kedua tahun ini,” ujar salah satu pendiri dan CEO Finfra, Markus Prommik.

Didirikan oleh Prommik dan Reinis Simanovskis, Finfra awalnya dimulai pada tahun 2017 sebagai Danabijak–perusahaan pemberi pinjaman konsumen–sebelum melayani bisnis pada tahun 2021. Danabijak sekarang menjadi anak perusahaan dan tetap menghasilkan keuntungan.